Rahman mengaku usahanya sudah bekerjasama dengan salah satu perusahaan pengrajin kulit di Sukaregang untuk diolah menjadi produk dari bahan kulit seperti tas, jaket kulit, hingga olahan kerupuk kulit dan jenis kerajinan lainnya.
Rahman mengungkapkan produk kulit yang sudah diolah oleh mitranya diekspor hingga luar negeri seperti Singapura dan Italia. Kendala yang dihadapi Rahman selama menjalankan usaha ini yaitu komplain dari masyarakat terkait bau yang tak sedap, tapi setelah itu akhirnya masalahnya selesai dengan cara di musyawarahkan.
“Alhamdulillah setiap tahun kami selalu perbaiki, kulit ini bagaimana agar secepatnya bisa langsung kita angkut dari tempat ini,” ujar Rahman.
Rahman juga mengungkapkan sempat mengalami kerugian karena banyaknya kulit yang rusak karena kurangnya karyawan karena stok kulit yang banyak jadi para pekerja tidak maksimal.
Omset usaha pengepul kulit sapi setiap tahunnya berbeda-beda, omset terbesar yang ia dapatkan yaitu pada 2018 yaitu mencapai 150 ton seharga Rp1,5 miliar. Meski sempat mengalami kendala dan kerugian Rahman berpesan bagi yang ingin menjalankan bisnis agar tidak mudah menyerah dan harus terus belajar. (NKK)
Penulis: Noviyanti Rahmadani