sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tekad BNI Jadi Front Face Indonesia di Pasar Global

Inspirator editor Delvi Sinambela
29/09/2023 18:07 WIB
BNI terus bertekad untuk tidak hanya jago dalam kiprahnya di pasar nasional, namun juga dapat berbicara banyak di pasar regional, bahkan global.
Kantor Representatif BNI Amsterdam Beroperasi mendampingi diaspora Indonesia di Belanda. Foto: Dok. BNI.
Kantor Representatif BNI Amsterdam Beroperasi mendampingi diaspora Indonesia di Belanda. Foto: Dok. BNI.

IDXChannel - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus bertekad untuk tidak hanya jago dalam kiprahnya di pasar nasional, namun juga dapat berbicara banyak di pasar regional, bahkan global.

Target ini telah sesuai dengan amanat yang diberikan oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), di mana BNI didorong untuk dapat eksis go global sebagai front face perbankan Indonesia di kancah internasional.

Karenanya, meski kini telah berhasil mencatatkan diri sebagai bank dengan aset terbesar keempat secara nasional, dengan catatan per Mei 2023 mencapai Rp967,52 triliun, BNI tak lalu berpuas diri dan tetap senantiasa mengeksplorasi bisnis lewat dengan penguatan ekspansi di pasar global.

"Saat ini, kami sudah memiliki empat kantor representatif di kawasan Asia, satu di London dan satu lagi di New York. Terbaru, kami juga baru saja membuka (kantor cabang) di Amsterdam ini. Jadi total sudah ada tujuh (kantor cabang BNI di luar negeri)," ujar Head of Amsterdam Office BNI Belanda Dwi Wibowo, saat ditemui oleh Pemimpin Redaksi IDXChannel, Delvi LM Sinambela, di kantornya.

Menurut Dwi, keberadaan Kantor Representatif BNI di luar negeri memiliki sejumlah fungsi dan penugasan. Salah satunya adalah untuk membantu dan memfasilitasi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di luar negeri terkait kebutuhan mereka dalam melakukan transaksi keuangan.

Selain itu, hadirnya Kantor Representatif BNI di luar negeri juga dapat mendukung para pebisnis Indonesia yang ingin memperkuat ekspansinya dengan masuk ke pasar global.

"Sehingga, keberadaan unit bisnis di luar negeri ini memang tujuannya untuk memastikan perekonomian Indonesia bisa terus go global, trading dengan Eropa lebih banyak, dan juga barang-barang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) bisa semakin mendunia, lewat program dispora yang kami punya," ujar Dwi.

Khusus untuk pasar Amsterdam dan juga Belanda secara keseluruhan yang saat ini menjadi tanggung jawabnya, Dwi memperkirakan ada potensi pasar yang sangat besar, yaitu mencapai 1,7 juta orang, atau sekitar 10 persen dari total populasi masyarakat Belanda saat ini.

Hal ini tidak lepas dari kedekatan kultural masyarakat Belanda terhadap Indonesia. Bahkan untuk kalangan diaspora WNI yang telah menetap di sana, sebagian besar merupakan garis keturunan kedua hingga ketiga, terhitung dari leluhurnya yang berasal dari Indonesia.

"Sehingga mereka bisa dibilang memiliki ketertarikan lebih terhadap beragam produk buatan kita. Banyak perusahaan Belanda yang melakukan kredit untuk barang-barang dari Indonesia," ungkap Dwi.

Selain itu, salah satu faktor penguat pasar yang ada di sana, adalah keberadaan Pelabuhan Rotterdam, yang notabene merupakan pelabuhan terbesar di Eropa. Dwi menjelaskan, seluruh produk Indonesia yang masuk ke pasar Belanda, pasti akan melalui Pelabuhan Rotterdam. Hal itu berlaku untuk semua jenis komoditas, mulai dari pertambangan sampai dengan komoditas pertanian, seperti petai, jengkol, kopi, makanan ringan, dan lain sebagainya.

"Pasar inilah yang mau kita tuju untuk bisa beranjak go global, karena kami tidak hanya mau asal go global saja, melainkan juga turut mengedepankan produk-produk unggulan dari Indonesia," papar Dwi.

Target ini lah yang menurut Dwi menjadi pembeda antara ekspansi go global yang dilakukan BNI dengan program serupa yang dilakukan bank-bank lain, yang dalam pandangan Dwi cenderung 'asal buka kantor cabang' dengan tolok ukur ekspansi yang tidak terukur dengan jelas.

Sedangkan target segmen kedua, dijelaskan Dwi, adalah para pengusaha Indonesia yang merupakan diaspora dan telah ada di Belanda.

"Memang kalau dari WNI kita tidak banyak, hanya sekitar 16 ribu, termasuk Saya dan staf di sini. Tapi pengusaha Indonesia lumayan banyak, dari sisi F&B (food and beverage) saja, dari hotel, restaurant, catering, yang punya toko, warung, restoran, sudah 400 orang," urai Dwi.

Suprappti pemilik rumah makan Indonesia di Belanda yang mendapat dukungan pendanaan BNI. (Foto: Dok. BNI)

Jumlah tersebut, lanjut Dwi, baru dari sisi F&B, dan belum termasuk para pebisnis dari sektor trading, mengimpor makanan dari Indonesia, atau jenis bisnis lainnya. Sehingga, dengan potensi sebanyak itu, banyak sektor bisnis yang masih bisa dieksplorasi dan didukung oleh BNI.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement