Di lain pihak, ungkap Dwi, sebagian besar diaspora Indonesia yang menjadi pengusaha di Belanda masih dalam kategori UMKM, karena secara omzet masih dalam jutaan euro per tahun.
"Sehingga tidak mudah bagi mereka untuk mengakses layanan perbankan lokal Belanda. Di sinilah peran BNI, sebagaimana yang telah diamanatkan oleh pemegang saham. Kami bantu untuk literasi perbankan, sampai peluang untuk ekspansi bisnis mereka," ungkap Dwi.
Dengan pola bisnis seperti itu, lanjut Dwi, strategi yang dijalankan BNI di sana tidak serta merta tentang bisnis sejak dari awal interaksi dengan nasabah, melainkan lebih banyak juga dalam bentuk peningkatan literasi hingga pendampingan untuk pengembangan bisnis di skala mikro.
Meski begitu, Dwi menekankan, potensi pasar di Belanda ini masih sangat menjanjikan, dengan 10 persen masyarakat di sana berstatus 'Indonesian Link', sehingga berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut.
Tak hanya berfokus pada potensi dari WNI yang ada di Belanda, peluang tak kalah menjanjikan juga terkait potensi pebisnis Indonesia yang ingin berekspansi ke pasar Belanda, atau juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Belanda.
Terkait potensi tersebut, Dwi mengklaim saat ini sudah semakin banyak korporasi Indonesia yang ekspansi di Eropa untuk mencari bahan baru, dengan memanfaatkan keberadaan BNI di Belanda sebagai salah satu opsi pintu masuk.
"Jadi, kita tidak hanya bicara soal pasar Belanda saja. Dari Belanda, kita bisa meng-capture market satu benua Eropa secara utuh. Jadi kita bisa masuk juga ke Jerman, Perancis, yang ekonominya juga jauh lebih besar," tandas Dwi.
Dwi mencontohkan, dari satu diaspora yang ada di Belanda saja, saat ini ada kebutuhan sekitar delapan ton petai untuk memasuk restoran-restoran di Belanda.
Jika masih kurang, kadang kebutuhan itu juga diambilkan dari Thailand atau Vietnam. Meski, Dwi menekankan bahwa prioritas utama tetap ada pada para pengusaha Indonesia yang bisa menjawab kebutuhan tersebut.
Hingga saat ini, berdasarkan data yang dimiliki oleh BNI Kantor Representatif Amsterdam, sudah ada 400 sampai 600 pebisnis Indonesia yang telah berkiprah di Belanda. Mayoritas dari jumlah tersebut bergerak di sektor bisnis F&B, diikuti oleh bisnis perdagangan, dan sebagian ceruk bisnis lainnya.
"Jadi, dengan adanya Kantor Representatif ini, perjalanan sebenarnya baru dimulai, bagaimana agar kita bisa semakin berpihak pada para diaspora yang ada di sini (Belanda). Dan ini potensinya sangat besar. Jumlah mereka sangat banyak, dan ada juga sebagian yang tinggal di Yunani, Spanyol, dan (negara) yang lain, yang bisa mulai approach dari sini. Jadi, ini saatnya bekerja," tegas Dwi. (TSA)