2. Price to Earning Ratio (PER)
PER didapat dengan menghitung harga saham dengan Earning per Share (EPS). Apa itu EPS? EPS adalah perhitungan yang menunjukkan berapa banyak penghasilan yang didapat investor dari tiap lembar saham yang dia miliki.
Cara menghitung EPS adalah dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham beredar. Semakin tinggi EPS, semakin baik. Sebab artinya, laba bersih dalam tiap saham tergolong tinggi.
Lantas, apa yang dimaksud dengan PER? PER menunjukkan berapa harga yang dibutuhkan investor untuk mendapatkan saham yang menghasilkan keuntungan tersebut di tiap lembarnya.
Semakin kecil EPS, semakin besar skor PER-nya, dan sebaliknya, semakin besar EPS, maka semakin kecil skor PER-nya. Contohnya, EPS BNGA saat ini adalah 228. Artinya, tiap lembar saham BNGA menghasilkan keuntungan Rp228.
Dengan EPS sebesar 228, skor PER BNGA saat ini adalah 7,46. Apa maksud angka ini? Boleh diartikan: investor membutuhkan waktu 7,46 tahun untuk balik modal, dengan asumsi EPS BNGA tidak berubah selama tujuh tahun ke depan.
Bahkan, jika emiten berhasil mencatatkan EPS yang terus tumbuh tiap tahun, artinya semakin besar pula laba yang dihasilkan tiap saham, dan semakin cepat pula investor akan balik modal.
Rumus umum yang digunakan untuk melihat PER adalah, jika skor di bawah 15-10, semakin baik.
3. Price to Sales Ratio (PSR)
Price to Sales Ratio didapat dari membagi total saham yang beredar dengan hasil penjualan per lembar saham (Revenue per share/RPS). RPS menunjukkan besaran hasil penjualan dalam tiap lembar saham.
Semakin besar RPS, semakin baik. Artinya, tiap saham yang dipegang investor, menghasilkan penjualan yang besar pula. Masih dengan contoh BNGA, RPS BNGA saat ini adalah 829,44. Artinya, ada hasil penjualan Rp829,44 dalam tiap lembaran saham BNGA saat ini.
Dengan begitu, skor PSR menunjukkan berapa harga yang dibutuhkan investor untuk mendapatkan saham dengan nilai penghasilan tertentu. Semakin kecil PSR, semakin baik. Sebab PSR yang kecil menunjukkan hasil penjualan (RPS) yang tinggi per lembar sahamnya.
Sebagai contoh, RPS PT Bukit Asam Tbk saat ini adalah 3.739 per lembar. Artinya, tiap lembar saham PTBA menghasilkan revenue senilai 3.739, namun harga saham PTBA kini dijual di harga Rp2.880/lembar saja.
Maka boleh dikatakan, PTBA kini dijual murah jika dilihat dari rasio PSRnya. Buktinya, skor Price to Sales Ratio PTBA kini berada di angka 0,77.
4. Price Cash Flow Ratio (PCFR)
Price Cash Flow Ratio didapat dari membagi harga per lembar saham dengan Cash Flow per Share (CFPS). CFPS dihitung dari operating cash flow dengan jumlah saham beredar, hasilnya menunjukkan berapa banyak arus kas operasional yang dihasilkan dalam tiap saham.
Semakin tinggi CFPS, semakin bagus, sebab menandakan saham menghasilkan arus kas operasional yang tinggi. Dari sini, PCFR berarti menunjukkan berapa harga yang dibutuhkan investor untuk membeli saham yang menghasilkan arus kas operasional dalam nominal tertentu.
Semakin kecil skor PCFR, semakin baik. Sama seperti rasio-rasio sebelumnya, skor PCFR yang kecil menunjukkan cash flow per share yang tinggi. Tidak ada patokan pasti berapa skor PCFR dianggap murah.
Namun menurut Finansialku, beberapa analis menyebut skor PCFR di bawah 10 berarti harga saham tersebut terbilang masih murah.
Saat mencari saham diskon dengan kelima rasio di atas, investor dianjurkan untuk saling membandingkan hasil tiap-tiap rasio dengan hasil rasio dari emiten-emiten lain dalam industri serupa, juga membandingkannya secara historis. Investor juga harus melihat bagaimana tata kelola dan bisnis perusahaan.
Sebab ada 'cerita' di balik angka-angka rasio di atas. Misalnya, jika ada emiten dengan nilai buku hingga di atas 10.000, namun sahamnya hanya dihargai ratusan rupiah saja oleh pasar. Investor harus mencari tahu mengapa ekuitas emiten ini sangat besar, sementara harga sahamnya sangat rendah?
Dengan demikian, investor dapat mempertimbangkan apakah saham yang dijual dengan harga diskon tersebut benar-benar layak untuk dibeli.
Demikianlan ulasan lengkap tentang rahasia borong saham diskon yang bisa dicoba investor. Sebagai pengingat, artikel ini tidaklah mengajak investor untuk membeli atau menjual suatu saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. (NKK)