Green Energy sebagai Upaya Diversifikasi
Berbicara soal langkah diversifikasi, Febriati menjelaskan, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangkit listrik dari sumber terbarukan, Adaro senantiasa mendukung serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), baik melalui project internal maupun external.
“Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi energi dalam kegiatan operasional serta terus meningkatkan porsi renewable dalam bauran energi,” katanya.
Soal pengurangan emisi di wilayah tambang, sejak 2011 Adaro mempunyai biofuel project sebelum disyaratkan pemerintah.
“Sementara dalam hal energi bersih, PLTU kami sedang mencoba menerapkan cofiring dengan biomasa untuk mengurangi emisi,” ujar Febriati.
Berhubungan dengan itu, Adaro juga mendukung program pemerintah dalam mencapai target energi bauran nasional.
Saat ini Adaro aktif dalam proyek tenaga terbarukan guna mendapatkan bauran energi yang seimbang dalam portofolio perusahaan.
Proyek green energy yang telah berjalan di Adaro, antara lain melalui anak perusahaan Adaro Power.
Adaro Power, sejak awal tahun 2021, telah membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya - PLTS Atap 130 kWp untuk memenuhi kebutuhan listrik di area operasional pelabuhan/terminal khusus batubara Adaro di Kelanis, Kalimantan Tengah.
Kemudian, kata Febriati, menambahkan kapasitas 468 kWp PLTS dengan sistem terapung (floating)pada area kolam kantin di Kelanis.
PLTS Adaro ini dilengkapi dengan teknologi smart inverter yang memberikan dampak lingkungan positif yaitu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca.
Menurut penjelasan Febriati, PLTS terapung di Kelanis ini menjadi PLTS terapung terbesar di Indonesia untuk saat ini dengan estimasi produksi listrik sekitar 618 ribu kWh per tahun.
Lebih lanjut, Adaro Power juga terus mempelajari proyek-proyek tenaga terbarukan, misalnya biomassa, tenaga angin, dan panel surya, untuk menganekaragamkan bauran energinya dan mendukung PLN melalui prakarsa proposal dan tender.
Selanjutnya, green initiative jangka panjang Adaro diwujudkan, antara lain dengan melakukan investasi untuk membangun smelter aluminium guna mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.
“Melalui investasi ini, Adaro berharap dapat membantu mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina serta meningkatkan penerimaan pajak negara. Adaro juga berharap keberadaan industri aluminium di Kalimantan Utara ini dapat mendatangkan banyak investasi lanjutan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” jelas Febriati.
Terakhir, kembali ke soal bisnis inti Adaro saat ini, Febriati menjelaskan, target produksi batu bara Adaro untuk 2022 adalah 58–60 juta ton. (ADF)