sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Adu Dividend Yield Empat Bank Besar, Mana Paling Menggiurkan?

Market news editor Aldo Fernando
27/03/2025 10:40 WIB
Empat bank raksasa mengumumkan pembagian dividen jumbo, memicu respons positif pasar dan meredakan tekanan jual yang terjadi akhir-akhir ini.
Adu Dividend Yield Empat Bank Besar, Mana Paling Menggiurkan? (Foto: Freepik)
Adu Dividend Yield Empat Bank Besar, Mana Paling Menggiurkan? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Empat bank raksasa mengumumkan pembagian dividen jumbo, memicu respons positif pasar dan meredakan tekanan jual yang terjadi akhir-akhir ini.

Emiten bank BUMN PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang tertinggi di antara tiga peers lainnya dalam hal imbal hasil dividend atawa dividend yield. Angkanya mendekati dua digit, yakni mencapai 9,05 persen per penutupan pasar Rabu (26/3/2025).

Di bawah BMRI, ada bank pelat merah lainnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang memiliki dividend yield 8,80 persen. Kemudian, disusul bank Himbara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 5,21 persen dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 2,93 persen.

Dividend yield bank-bank tersebut menggiurkan lantaran cenderung melebihi bunga deposito bertenor 1 tahun bank utama, yang di rentang 2-3 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)

 

Menurut pengamat pasar modal Michael Yeoh, BBRI, BMRI, dan BBNI tahun ini memberikan dividend payout ratio (DPR) lebih besar dibanding sebelumnya, sehingga valuasi perbankan menjadi lebih menarik dengan dividen yield yang melampaui return deposito maupun obligasi fixed rate (FR).

“Level dividend yield yang ada saat ini melebihi return deposito maupun [obligasi] FR,” katanya, Rabu (26/3/2025).

Apalagi, seiring penurunan tajam akhir-akhir ini, valuasi saham bank besar terbilang menarik.

Kabar pembagian dividen jumbo dan rencana pembelian kembali saham (buyback) mendorong kenaikan saham-saham bank raksasa dalam beberapa hari terakhir.

Dampaknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut menguat setelah sebelumnya tertekan oleh aksi jual yang dipicu kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan dan stabilitas fiskal dalam negeri.

Namun, sejumlah pelaku pasar memperingatkan bahwa pemulihan ini mungkin tidak berlangsung lama.

"Rebound ini lebih terlihat sebagai pantulan valuasi pada saham-saham yang oversold daripada perubahan fundamental; lebih sebagai reli taktis daripada reli struktural (setidaknya untuk saat ini)," ujar fund manager di SGMC Capital yang berbasis di Singapura, Mohit Mirpuri, dikutip dari Reuters, Rabu (26/3).

"Sebagian aksi beli juga kemungkinan merupakan langkah antisipasi menjelang libur pasar yang panjang, dengan investor mengharapkan sentimen yang lebih baik di kuartal kedua seiring meredanya gejolak politik dan dukungan taktis dari aksi korporasi seperti buyback."

Likuiditas Stabil

Kendati tengah mengalami pemulihan dalam jangka pendek, saham perbankan utama Indonesia menghadapi tekanan jual, imbas aksi lego investor asing, sejak tahun lalu akibat berbagai faktor, salah satunya kekhawatiran atas likuiditas dan biaya dana (funding cost).

Namun, analis Verdhana Sekuritas dalam risetnya tertanggal 24 Maret 2025 menilai bahwa prospek likuiditas kini mulai membaik, didukung oleh langkah Bank Indonesia (BI) dalam menurunkan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) serta mengurangi penerbitannya.

Saat ini, suku bunga SRBI blended telah turun ke 6,38 persen dari puncaknya di 7,48 persen pada Juli 2024. Kebijakan BI ini membantu menstabilkan biaya dana di bank-bank besar, yang berpotensi menjaga margin bunga bersih (NIM) tetap solid dan mengurangi risiko penurunan laba akibat margin yang menyusut.

Lebih lanjut, kata Verdhana, penurunan suku bunga SRBI juga mengurangi insentif arbitrase terhadap suku bunga repo yang kini berada di 6,50 persen. Hal ini membuka peluang bagi BI untuk menurunkan penerbitan SRBI lebih lanjut serta memangkas suku bunga acuan yang saat ini berada di 5,75 persen.

Selain itu, ada potensi pemangkasan rasio giro wajib minimum (GWM) dari sekitar 6–7 persen menjadi 3–4 persen bagi bank-bank besar. Jika ini terealisasi, menurut Verdhana, tambahan likuiditas yang masuk ke sistem perbankan dapat menjadi katalis positif bagi saham perbankan.

Dengan berbagai faktor tersebut, Verdhana Sekuritas meyakini sektor perbankan Indonesia tetap tangguh secara fundamental.

“Di sektor ini, bank-bank besar tetap menjadi pilihan utama. Rekomendasi utama kami adalah BMRI, BRIS, dan BBCA,” kata analis Verdhana. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement