"Rebound ini lebih terlihat sebagai pantulan valuasi pada saham-saham yang oversold daripada perubahan fundamental; lebih sebagai reli taktis daripada reli struktural (setidaknya untuk saat ini)," ujar fund manager di SGMC Capital yang berbasis di Singapura, Mohit Mirpuri, dikutip dari Reuters, Rabu (26/3).
"Sebagian aksi beli juga kemungkinan merupakan langkah antisipasi menjelang libur pasar yang panjang, dengan investor mengharapkan sentimen yang lebih baik di kuartal kedua seiring meredanya gejolak politik dan dukungan taktis dari aksi korporasi seperti buyback."
Likuiditas Stabil
Kendati tengah mengalami pemulihan dalam jangka pendek, saham perbankan utama Indonesia menghadapi tekanan jual, imbas aksi lego investor asing, sejak tahun lalu akibat berbagai faktor, salah satunya kekhawatiran atas likuiditas dan biaya dana (funding cost).
Namun, analis Verdhana Sekuritas dalam risetnya tertanggal 24 Maret 2025 menilai bahwa prospek likuiditas kini mulai membaik, didukung oleh langkah Bank Indonesia (BI) dalam menurunkan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) serta mengurangi penerbitannya.
Saat ini, suku bunga SRBI blended telah turun ke 6,38 persen dari puncaknya di 7,48 persen pada Juli 2024. Kebijakan BI ini membantu menstabilkan biaya dana di bank-bank besar, yang berpotensi menjaga margin bunga bersih (NIM) tetap solid dan mengurangi risiko penurunan laba akibat margin yang menyusut.