Asing ‘Kabur’, Lirik Pasar Asia Lain
Keluarnya dana investor asing (net sell)--yang diduga sebagian berpindah ke bursa Asia lainnya yang sedang rebound dan punya valuasi lebih murah, seperti Hang Seng (Hong Kong) hingga China daratan--turut menekan IHSG.
Asing sudah ‘cairin cuan’ (cash out) dengan nilai net sell Rp4,16 triliun di pasar reguler selama awal 2023. Maklum, IHSG 4-an persen dan saham seperti BMRI hingga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing melesat 41 persen dan 36 persen sepanjang 2022.
Bloomberg, pada 9 Januari 2023, misalnya, berpendapat, indeks acuan saham Asia, MSCI Asia, mulai masuk ke bull market (tren menaik) seiring pembukaan China pasca-pengetatan Covid-19 dan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
MSCI Asia naik 20-an persen dibandingkan dengan level terendah pada 24 Oktober 2022.
Para analis dan strategist, sebagaimana dikutip Bloomberg, memprediksi, 2023 bisa menjadi tahun yang lebih baik buat pasar saham Asia, usai pasar China rontok pada 2022.
Pelonggaran regulasi soal Covid-19 dan kebijakan demi menopang sektor properti yang bermasalah turut mengerek pasar saham China di awal tahun ini.
Sebelumnya, MSCI Asia pernah anjlok hampir 40 persen dari level puncak di awal 2021 lalu.
Melihat hal tersebut, senior strategist di Saxo Capital Markets Pte. Charu Chanana bilang, masih ada risiko yang membayangi ke depan.
“Ada juga beberapa risiko yang harus diperhatikan, seperti pergeseran kebijakan hawkish BOJ [Bank of Japan] dan kinerja keuangan perusahaan. Namun demikian, masih ada ruang bagi pasar Asia untuk mengungguli bursa global lainnya pada 2023,” kata Charu kepada Bloomberg.
Sebelumnya, masih menurut catatan Bloomberg, 5 Januari 2023, ada kecenderungan gelombang pasang aliran dana asing mulai surut awal tahun ini.
Ini seiring pembukaan kembali China yang mulai menggoda fund global untuk tanam duit ke pasar Asia bagian utara.
Mengutip analisis posisi reksa dana Asia selama November, yang disitir Bloomberg, HSBC Holdings Plc, misalnya, mulai mengurangi eksposur ke pasar yang overweight alias sudah naik lumayan seperti Indonesia dan Singapura.
Seiring dengan itu, mereka mulai meningkatkan porsi ke pasar Taiwan dan Hong Kong.
Menurut data CEIC, metrik valuasi atau price to earnings ratio (PER) indeks saham Hong Kong, yakni Hang Sheng per Januari 2023 hanya sebesar 12,19 kali (x). Sedangkan PER dari indeks saham Shang Hai, Shang Hai Stock Exchange mencapai 13,10x.
Angka tersebut lebih murah bila dibandingkan dengan angka PER dari IHSG yang mencapai 15,09x per Januari 2023.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengungkapkan, kinerja pasar saham China relatif lebih menarik karena valuasinya yang rendah atau undervalued.
“Dibukanya keran perekonomian China seiring kebijakan open border menimbulkan ekspektasi yang kuat dari investor asing terkait tumbuhnya perekonomian negara tersebut sehingga wajar terjadi net buy asing atau capital inflow di indeks pasar saham China,” kata Nafan dalam wawancara dengan IDX Channel, Senin (16/1).
Sementara pengamat pasar modal sekaligus founder WH Project, William Hartanto menilai, murahnya valuasi saham di China bisa jadi karena bursa di China sempat lama tak bergerak seiring kebijakan zero covid yang menghambat perekonomian di negara tirai bambu tersebut.
Kendati investor asing belakangan ramai ‘cabut’ dari pasar saham dalam negeri, William tetap optimis karena tak selamanya pasar ekuitas dalam negeri mencatatkan net sell asing seiring potensi saham big cap yang masih menarik bagi investor selama labanya masih bertumbuh.
“Namun, perlu waktu bagi investor asing untuk berminat mencatatkan net buy kembali di pasar saham Tanah Air,” kata William kepada IDX Channel, Senin (16/1).
Senada dengan William, Nafan juga berpendapat pergerakan saham big cap kedepannya bakal terapresiasi seiring rilis kinerja laporan keuangan emiten di kuartal IV yang membaik dan semakin progresif.
“Sentimen ini diharapkan bisa mengurangi tekanan dari adanya net sell investor asing yang belakangan terjadi," ujar Nafan. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.