Gubernur Fed Jerome Powell sebelumnya menegaskan pihaknya membutuhkan lebih banyak waktu untuk segera memotong ongkos pinjaman.
Ini juga didukung oleh tingkat inflasi AS yang mencapai 3,5 year-on-year (yoy) pada Maret 2024. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebesar 3,4% yoy, sekaligus memanas dari periode sebelumnya sebesar 3,2% yoy. Inflasi inti (Core Inflation) yang tidak termasuk komponen pangan dan energi juga meningkat 3,8%, dari estimasi 3,7% yoy.
“Kami percaya ada potensi cut rate The Fed di bulan September dan Oktober 2024. Ini akan diikuti oleh Bank Indonesia,” papar Didit.
Dari sisi sektoral, industri perbankan masih menjadi harapan bagi indeks menemui level terbarunya. Apabila biaya pinjaman dipangkas, terang Didit, berpeluang menjadi booster bagi sektor utilitas dan properti.
Sepanjang 2024, mengakses RTI Business Kamis (18/4), transaksi investor domestik masih mendominasi sebesar 58,08%, sementara asing atau non-residen menyerap 41,92%.