IDXChannel - Usai menuntaskan penerbitan saham baru dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dinilai punya peluang ekspansi bisnis.
Analis MNC Sekuritas, Tirta Widi Gilang Citradi, mengatakan, di saat rights issue BBTN kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga 1,6 kali, tandanya ada minat investor yang tinggi terhadap anggota BUMN spesialis kredit perumahan tersebut.
"Tercapainya target penghimpunan dana Rp 4,13 triliun tersebut dinilai didukung tiga faktor. Pertama, dukungan penuh pemerintah selaku pemegang saham pengendali yang ditunjukkan dengan exercise seluruh rights sejak hari pertama pelaksanaan," ujar Tirta di Jakarta, Senin (9/1/2023).
Menurut dia, Penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2,48 triliun mampu meyakinkan investor publik untuk ikut melaksanakan haknya.
Selanjutnya yang kedua, strategi penetapan harga yang memberikan kesempatan investor untuk memetik cuan.
Dengan harga pelaksanaan (exercise price) di Rp1.200 dan pergerakan harga saham BBTN yang stabil di atas Rp1.300, investor termotivasi untuk tebus rights. BBTN meraup sekitar Rp1,65 triliun dari investor non pengendali.
Menurut Tirta, harga saham BBTN sendiri sudah undervalue, apalagi harga rightsnya.
"Rights issue ini menguntungkan semua pihak, baik BBTN sebagai yang punya hajat, pemerintah maupun investor publik. Semua cuan, semua happy,” kata Tirta.
Adapun harga wajar BBTN, atau setara 1x PBV, berada di level Rp2.030. Artinya, saat ini saham BBTN diperdagangkan di 0,6x PBV.
Tirta melihat terlampau murah untuk ukuran bank dengan aset Rp 400 triliun dan diperkirakan (unaudited) meraih laba Rp 3 triliun untuk kinerja tahun 2022. Dengan rasio PBV di bawah 1x, BBTN jelas lebih menarik dibandingkan bank besar lainnya yang sudah mencapai PBV 2x- 4x.
Kemudian yang ketiga, fundamental yang kokoh dan kinerja yang terus membaik. Manajemen kini lebih fokus pada pertumbuhan yang berkualitas dan menciptakan inovasi produk yang relevan dengan bisnis inti yakni di pembiayaan rumah tapak.
Dari sisi fundamental, BBTN berhasil menekan NPL dan telah mengeluarkan kredit macet senilai Rp 1 triliun dari neraca. Dana pihak ketiga pun juga membaik dengan lonjakan porsi dana murah (CASA) dibanding deposito.
"Statement wadirut (Nixon L.P Napitupulu) yang menyatakan BTN kembali ke khittah sebagai penyalur kredit rumah tapak menciptakan optimisme di kalangan pelaku pasar. Keputusan BTN menjauhi pembiayaan apartemen sudah tepat,” ungkap Tirta.
Menurut Tirta, ini menjadi kesempatan terbaik dalam mendukung agenda pemerintah untuk menekan angka backlog perumahan.
Usai rights issue, publik kini menunggu gebrakan berikutnya dari BBTN. Dengan mengantongi dana segar Rp4,13 triliun, BBTN punya ruang lebih besar untuk melipatgandakan pembiayaan. (NIA)