Saham Astra Tertekan
Imbas skandal tersebut, saham PT Astra International Tbk (ASII) yang terafiliasi dengan Toyota di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sempat melemah.
Sejak awal 2024 (YtD), saham ASII ambles 6,19 persen dan sempat menyentuh level terendah baru sejak Agustus 2021 di Rp4.900 per saham pada perdagangan intraday 29-30 Januari 2024.
Pada Rabu (7/2), pukul 11.23 WIB, saham ASII tumbuh 0,95 persen secara harian ke level Rp5.300 per saham.
Dalam setahun terakhir, saham Astra minus 0,93 persen, sedangkan dalam 3 tahun belakangan melorot 6,19 persen dan dalam 5 tahun anjlok 24,10 persen.
Astra memang terus dibayangi sentimen negatif yang—kontras dengan kinerja saham Toyota Motor—turut menekan harga sahamnya.
Sebelumnya, dalam keterangan tertulis di situs perusahaan, 29 Januari 2024, Toyota Motor Corporation (Toyota/TMC) menjelaskan, Toyota Industries Corporation (TICO) melaporkan soal temuan ketidaksesuaian sertifikasi emisi mesin diesel kepada Toyota.
Penyelidikan menemukan penggunaan perangkat lunak berbeda selama pengujian, menghasilkan output yang tidak akurat.
Sebanyak 10 model kendaraan terpengaruh secara global, termasuk enam di Jepang dan satu dari Indonesia.
Untuk Indonesia, satu model yang dimaksud adalah Fortuner yang mulai dijual pada Mei 2020. Model tersebut diproduksi Toyota Motor Thailand Co., Ltd., PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), dan Toyota Kirloskar Motor Private Ltd. (India).
Informasi saja, TMMIN, yang bergerak di bisnis produksi kendaraan, mesin dan komponen ekspor kendaraan, mesin dan komponen, dikuasai Toyota Motor Corporation dengan kepemilikan saham 95 persen. Sedangkan, sisanya, sebanyak 5 persen, digenggam PT Astra International Tbk (ASII).
Belakangan, TMMIN memastikan mobil yang beredar di Tanah Air tak terdampak isu tersebut.
Kabar soal masalah mobil diesel tersebut bersamaan dengan PT Toyota-Astra Motor (TAM) yang mengumumkan program recall atau penarikan kembali terhadap mobil listrik bZ4X yang beredar di Indonesia.
TAM adalah perusahaan ventura bersama dengan kepemilikan masing masing 50 persen antara Astra dan Toyota Motor Corporation (TMC). TAM menjalankan peran sebagai agen tunggal pemegang merek, importir dan distributor untuk kendaraan bermerek Toyota dan Lexus di Indonesia.
Kabar negatif lainnya terkait aksi pangkas rekomendasi ala JP Morgan dan Macquarie pada 22 Januari lalu.
JP Morgan menurunkan peringkat saham ASII dari neutral menjadi underweight pada riset yang dirilis 22 Januari 2024. JP Morgan juga memangkas target harga dari Rp5.500 per saham menjadi Rp4.650 per saham.
Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia menggarisbawahi risiko masuknya produsen mobil listrik (EV) China BYD ke Indonesia yang berpotensi menggerus pangsa pasar ASII, yang selama ini menjadi penguasa otomotif di Tanah Air, hingga 8 persen mulai 2025.
Sementara, Macquarie memberikan rating neutral dengan target harga Rp5.650 untuk saham Astra usai menggelar investor call dengan Head of Investor Relations Astra Tira Ardianti dalam rilis terbaru pada 25 Januari lalu.
Belum lagi, sebelumnya tersiar kabar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut pemerintah memiliki opsi untuk menaikkan pajak kendaraan pribadi yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
Sebelumnya, pada September tahun lalu, beredar video yang memperlihatkan sejumlah skiter matik Honda besutan PT Astra Honda Motor (AHM) yang menggunakan rangka eSAF patah. Setelah ditelisik, ternyata rangka yang digunakan berkarat dan keropos sehingga tak mampu menahan beban.
AHM bersama Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pun melakukan pemeriksaan.
Direktur Marketing PT AHM Octavianus Dwi mengatakan, berdasarkan investigasi awal, tidak ditemukan masalah dalam proses produksi rangka eSAF dan sudah sesuai standar global. Hal tersebut juga diakui oleh KNKT dan Kemenhub saat melakukan evaluasi.
Sebagai gambaran, segmen otomotif masih menjadi andalan Astra, dengan kontribusi sebesar 41 persen dari total pendapatan perusahaan selama 9 bulan di 2023 (9M2023).
Di bawah otomotif, ada segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi dengan sumbangsih 40 persen dari total pendapatan.
Sementara, segmen alat berat hingga pertambangan menyumbang 36 persen, sedangkan segmen otomotif 35 persen dari total laba bersih Astra di 9 bulan 2023. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.