Namun ia menambahkan, efek jangka pendeknya ke pasar saham—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)—mungkin belum terasa besar. “Jika kita lihat secara singkat, mungkin tidak terlalu signifikan,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa pelemahan ekonomi lebih disebabkan oleh tekanan di sisi konsumsi. “Kondisi perekonomian kita yang terjadi deflasi dan kontraksi PMI [Purchasing Managers Index] selama enam bulan berturut-turut terjadi karena lemahnya konsumsi domestik,” imbuhnya.
Solusi untuk kondisi ini, menurutnya, sudah cukup jelas.
“Memang, solusi dari melemahnya konsumsi adalah menaikkan bargaining power masyarakat kita. Mulai dari subsidi dan pemangkasan suku bunga,” katanya.
Namun, menurut Michael, kebijakan tersebut baru bisa dilakukan setelah tekanan terhadap rupiah mulai mereda.
“Hanya saja, selama ini tidak bisa dilakukan karena kondisi rupiah yang sedang dalam tekanan pada awal tahun hingga April,” demikian Michael menutup penjelasannya. (Aldo Fernando)