IDXChannel - Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana memberi tanggapan pada gelaran aksi penawaran umum perdana / initial public offering PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli.
Menurut Andri aksi IPO BELI memiliki keunggulan kompetitif /competitive advantages di tengah ancaman resesi pada 2023.
Andri memandang ketidakpastian ekonomi global saat ini membuat banyak startup mengalami kesulitan pendanaan. Namun, prospek dana segara yang diperoleh melalui IPO justru merupakan kabar baik bagi perusahaan.
Diketahui, Blibli mengincar dana IPO sebesar Rp8,17 triliun di mana sebanyak Rp5,5 triliun akan digunakan untuk mengurangi utang dan memperbaiki struktur modal.
"Sehingga langkah ini dapat mengurangi Debt Equity Ratio (DER). Dengan penurunan ini, perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki, termasuk potensi pembagian dividen kepada investornya di masa mendatang," kata Andri di Jakarta, dikutip Sabtu (5/11/2022).
Andri menuturkan bagaimana perusahaan e-commerce omnichannel yang merupakan model bisnis Blibli mampu berkembang pesat di luar negeri. Dirinya mencontohkan Amazon dan Alibaba yang melakukan ekspansi secara masif.
Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime. Kemudian disusul Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan.
Andri melihat bisnis Blibli dapat sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekalipun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang terdampak ekonomi.
"Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan,” paparnya.
Andri juga menilai wajar atas utang yang dimiliki oleh Blibli dan perusahaan startup lainnya. Menurutnya, startup memiliki utang untuk investasi serta pengembangan bisnisnya.
“Selama utang itu sehat dan terukur dari segi Debt to Equity Ratio, Profitabilitias dan Likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah,” jelasnya.
Sebagai catatan, emiten berkode BELI itu melepas 17,77 miliar saham dan telah menetapkan harga penawaran Rp450 per saham. Total dana yang dihimpun rencananya akan dipergunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas, sementara sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.
Hingga Juni 2022, pendapatan Blibli melonjak sebesar 127 persen secara tahunan menjadi Rp6,71 triliun, dari Rp2,99 triliun, sedangkan Blibli membukukan laba bruto sebesar Rp560,8 miliar, naik dari Rp225,7 miliar, atau mencerminkan rasio laba bruto (gross profit margin) sebesar 8,35%.
Performa bisnis Blibli hingga semester II 2022 juga meningkat. Total Processing Value (TPV) pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp32,4 triliun, di mana ini meningkat 45% dari Rp22,4 triliun pada tahun 2020, terutamanya dikontribusikan oleh pertumbuhan dari seluruh segmen bisnis Blibli, termasuk segmen ritel 1P, ritel 3P, institusi dan toko fisik.
Monthly Active Customer (MAU), yang merupakan kombinasi jumlah pelanggan unik untuk segmen ritel 1P dan ritel 3P yang berinteraksi dengan produk atau jasa pada platform Blibli.com dan/atau tiket.com, pada tahun 2021 tercatat mencapai 38,4 juta pelanggan, meningkat dari 31,1 juta pelanggan pada tahun sebelumnya. Kemudian jumlah pelanggan institusi Blibli pada tahun 2021 juga meningkat dari 80.752 pelanggan menjadi 153.057 pelanggan.
(IND)