Paket sanksi termasuk pembatasan perdagangan yang lebih ketat, lebih banyak daftar hitam, dan batas harga minyak untuk negara ketiga. Pejabat Uni Eropa berharap 27 negara anggota dapat menyetujui bagian dari paket sanksi sebelum KTT, seperti daftar hitam individu tambahan dan beberapa pembatasan perdagangan berkaitan dengan baja serta teknologi.
"Ini mengubah secara mendasar sifat konflik seperti yang telah kita lihat sejauh ini, seperti mobilisasi, dan kemungkinan pencaplokan," tulis pejabat Uni Eropa, dalam pernyataan resminya, yang dikutip dalam laporan Reuters tersebut.
Sementara, tak tahan dijadikan kambing hitam, Rusia juga turut angkat bicara dan menyerang balik negara-negara Eropa dengan menyebut bahwa upaya perusahakan pipa Nord Stream di laut Baltik hanya bisa dilakukan oleh jaringan terorisme yang disponsori oleh negara.
"Ini terlihat seperti aksi terorisme, yang mungkin dilakukan di tingkat negara bagian. Sangat sulit membayangkan bahwa tindakan semacam ini bisa terjadi tanpa adanya keterlibatan sebuah negara," ujar Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam laporan yang sama.
Peskov juga mengingatkan semua pihak bahwa Laut Baltik selama ini merupakan wilayah yang selama ini sepenuhnya di bawah kendala badan intelijen AS. Karenanya, Rusia berkeyakinan bahwa AS mustahil tidak mengetahui ketika serangan tersebut terjadi.