sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Beragam, Indeks Shanghai Lesu usai PBOC Tahan Suku Bunga

Market news editor Maulina Ulfa
15/05/2024 09:52 WIB
Bursa Asia bergerak beragam pada perdagangan Rabu (15/5/2024) seiring rilis terbaru kebijakan suku bunga Bank Rakyat China (PBOC) dan pasar menanti data inflasi
Bursa Asia Beragam, Indeks Shanghai Lesu usai PBOC Tahan Suku Bunga. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Beragam, Indeks Shanghai Lesu usai PBOC Tahan Suku Bunga. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa Asia bergerak beragam pada perdagangan Rabu (15/5/2024) seiring rilis terbaru kebijakan suku bunga Bank Rakyat China (PBOC) dan pasar menanti data inflasi Amerika Serikat (AS).

Data inflasi AS dapat mempengaruhi prospek suku bunga secara global dan mempengaruhi prospek penurunan suku bunga bank sentral The Federal Reserve (The Fed).

Saham-saham di Australia, dan Jepang menguat, sementara bursa China mencatatkan penurunan. Sementara saham-saham Jepang dan Hong Kong tutup untuk hari libur.

Pada sesi sebelumnya, indeks Hang Seng Hong Kong ditutup turun 0,22 persen di level 19.073

Pada pukul 9.12 WIB, indeks saham Nikkei 225 Jepang menguat 0,51 persen di level 38.551. Sementara indeks ASX 200 Australia menguat 0,46 persen mengikuti kenaikan Wall Street semalam. (Lihat grafik di bawah ini.)

Indeks China Shanghai Composite turun 0,33 persen di 3.135. Penurunan ini seiring Bank Rakyat China (PBOC) meluncurkan total CNY 125 miliar melalui fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun kepada lembaga-lembaga keuangan dan mempertahankan suku bunga tidak berubah di 2,50 persen sebagai upaya bank sentral untuk menstabilkan yuan pada Rabu (15/5).

Yuan China juga terdepresiasi persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, tertekan oleh imbal hasil (yield) yang relatif rendah di negara tersebut dibandingkan negara-negara lain. PBOC juga memompa CNY 2 miliar melalui operasi pembelian kembali selama tujuh hari sambil mempertahankan biaya pinjaman tidak berubah di 1,8 persen.

Dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,5 persen di 7.116 pada 09.17 WIB. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup merah 0,22 persen di level 7.083.

Indeks Nikkei 225 naik melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya dan mengikuti reli di Wall Street semalam, dengan Nasdaq Composite ditutup pada rekor tertinggi baru.

Pergerakan tersebut terjadi karena investor mengabaikan data inflasi produsen AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada April, sambil menunggu laporan inflasi (CPI) AS pada hari ini.

Saham-saham teknologi memimpin kenaikan, dengan kenaikan yang kuat dari Disco Corp (2,5 persen), Tokyo Electron (3,4 persen) dan Advantest (5,5 persen).

Indeks kelas berat lainnya juga menguat, termasuk Toyota Motor (1,7 persen), Sumitomo Mitsui (1,2 persen) dan Mitsubishi Heavy Industries (2,5 persen).

Dalam berita perusahaan, Sony Group melonjak 12 persen karena perusahaan tersebut melaporkan kenaikan laba kuartalan sebesar 34 persen berkat pendapatan yang lebih kuat dari bisnis game dan filmnya.

Indeks S&P/ASX 200 melonjak, rebound dari penurunan dari sesi sebelumnya dan mengikuti kenaikan di Wall Street semalam.

Di Australia, pemerintah bertujuan untuk menurunkan inflasi umum dan mengurangi tekanan biaya hidup dengan mengeluarkan miliaran dolar untuk memotong tagihan energi dan sewa, sekaligus mengurangi pajak penghasilan.

Saham-saham pertambangan memimpin kenaikan di tengah kenaikan harga logam, dengan kenaikan saham BHP Group (2,5 persen), Fortescue (1,7 persen), Rio Tinto (0,9 persen), Pilbara Minerals (1,9 persen) dan Lynas Rare Earths (1,9 persen).

Dalam berita perusahaan, saham IDP Education melonjak 11 persen setelah tinjauan independen terhadap Graduate Route Inggris merekomendasikan status quo yang memungkinkan siswa internasional untuk tinggal di Inggris selama dua tahun setelah lulus.

Komentar Ketua The Fed Jerome Powell pada Pertemuan Asosiasi Bankir Asing semalam juga tidak memberikan petunjuk baru apa pun.

“Kami tidak menyangka ini akan menjadi jalan yang mulus. Namun [pembacaan PPI] ini lebih tinggi dari yang diperkirakan siapa pun. kita harus bersabar dan membiarkan pengetatan kebijakan melakukan tugasnya,” kata Powell.

Peluang penurunan suku bunga The Fed pada awalnya turun namun kemudian kembali ke level yang sama seperti sebelum rilis PPI, yaitu sebesar 65 persen pada September dan 78 persen pada November. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement