Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan awal dengan China telah tercapai setelah para negosiator dari kedua negara menyetujui kerangka kerja yang mencakup tarif. Kesepakatan ini juga mencabut pembatasan ekspor China atas mineral tanah jarang dan membuka kembali akses bagi mahasiswa China ke universitas-universitas di AS.
Gencatan dagang tersebut memberi harapan baru bagi investor bahwa kedua negara adidaya itu bisa mencapai penyelesaian jangka panjang dan menghindari gangguan pasar yang lebih besar. Namun, ketiadaan rincian dalam kesepakatan membuat risiko konflik tarif kembali di masa depan tetap terbuka.
Di sisi lain, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,1 persen pada Mei, didorong turunnya harga bensin, setelah mencatat kenaikan 0,2 persen pada April. Namun inflasi diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan mendatang akibat dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.
Di Wall Street AS, indeks Dow Jones Industrial Average nyaris tidak berubah setelah perdagangan yang berfluktuasi. Sementara itu, indeks S&P 500 turun 0,27 persen dan Nasdaq Composite melemah 0,5 persen.
Kepala strategi pasar global di Wells Fargo Investment Institute, Scott Wren, mengatakan masih banyak risiko yang membayangi pasar saham, seperti kelanjutan negosiasi dagang, kenaikan inflasi, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.