IDXChannel - Bursa saham Asia dibuka hijau pada Senin (15/1/2024). Indeks KOSPI Korea Selatan, Shanghai Composite China, Hang Seng Hong Kong, hingga Indeks ASX 200 Australia kompak naik.
Pada pukul 09.53 WIB, Indeks KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,06 persen di level 2.526. Pada saat bersamaan Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,27 persen di level 16.289.
Sementara indeks Shanghai Composite China naik 0,6 persen di level 2.899. Indeks ASX 200 di Australia melemah tipis 0,01 persen di level 7.496. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,83 persen di level 35.872.
Sementara dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,28 persen pada waktu yang sama di level 7.261. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup menguat 0,29 persen ke level 7.241 pada Jumat (12/1). (Lihat grafik di bawah ini.)
Dari negeri Paman Sam, bursa saham AS atau Wall Street ditutup hampir tidak berubah pada perdagangan Jumat (12/1/2024) waktu setempat, setelah terombang-ambing antara keuntungan dan kerugian.
Hal itu karena pendapatan bank yang beragam mengimbangi berita inflasi yang lebih rendah dari perkiraan yang mendukung harapan penurunan suku bunga dari Federal Reserve.
Dilansir Reuters, Sabtu (13/1/2023), Dow Jones Industrial Average turun 118,04 poin, atau 0,31 persen, menjadi 37.592,98. S&P 500 (.SPX) naik 3,59 poin, atau 0,08 persen, pada 4.783,83 dan Nasdaq Composite naik 2,58 poin, atau 0,02 persen, menjadi 14.972,76.
Saham-saham China di awal pekan berada di bawah tekanan setelah Bank Rakyat China (PBOC) secara tak terduga mempertahankan suku bunga pinjamannya, sementara kinerja buruk di pasar Jepang terus berlanjut.
Sentimen terhadap pasar regional tetap waspada dalam mengantisipasi isyarat ekonomi yang lebih penting pada minggu ini. Di antaranya termasuk data produk domestik bruto China dan inflasi Jepang. Reaksi Beijing terhadap pemilihan presiden Taiwan juga membuat para investor gelisah.
Nikkei 225 Jepang menjadi indeks yang berkinerja terbaik di antara rekan-rekannya untuk sesi keempat berturut-turut dan sempat berada di posisi tertinggi baru dalam 34 tahun. Kinerja bursa Jepang didukung prospek Bank of Japan yang ultra-dovish membuat para pedagang sangat bias terhadap saham lokal.
Data indeks harga konsumen (CPI) Jepang yang akan dirilis akhir pekan ini diperkirakan akan menunjukkan penurunan inflasi yang berkelanjutan dan kembali memberikan dukungan dovish bagi BOJ dalam pertemuan Januari nanti.
Akhir pekan lalu jagat maya diriuhkan dengan berita kemenangan kandidat Partai Progresif Demokratik (DPP) William Lai. Lai memenangkan pemilihan Presiden dan mempertahankan status quo pulau tersebut dalam perlawanannya terhadap reunifikasi dengan China.
Lai, bersama dengan DPP, terus-menerus menegaskan kembali kemerdekaan Taiwan – yang telah menjadi titik kemarahan utama bagi Beijing.
Sementara pemerintah China menegaskan kembali seruannya untuk melakukan reunifikasi pada akhir pekan, dan tindakan lebih lanjut dari Beijing akan menjadi fokus menjelang pelantikan resmi Lai pada bulan Mei.
Saham China juga sempat tertekan oleh kekecewaan penurunan suku bunga, PDB kuartal empat 2023. Namun, saham China mendapat dukungan dari suntikan likuiditas oleh PBOC.
Bank Rakyat China (PBOC) juga secara tak terduga mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengahnya pada hari ini. Dilaporkan bahwa bank tersebut kesulitan antara menopang pertumbuhan ekonomi dan membendung pelemahan yuan lebih lanjut. Langkah ini menunjukkan tidak ada perubahan pada suku bunga pinjaman utama PBOC pada bulan Januari nanti.
Langkah yang diambil di awal pekan ini ini menunjukkan bahwa Beijing memiliki ruang terbatas untuk lebih melonggarkan kondisi moneter dan mendukung pertumbuhan. Kondisi ini yang dapat menjadi pertanda buruk bagi pemulihan ekonomi China yang rapuh pasca-Covid-19.
Fokus minggu ini sebagian besar tertuju pada data PDB kuartal keempat, yang akan dirilis pada hari Rabu mendatang. Meskipun pertumbuhan diperkirakan telah melampaui target pemerintah sebesar 5 persen pada tahun 2023, sebagian besar peningkatan tersebut juga diperkirakan berasal dari basis yang rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (ADF)