IDXChannel – Bursa saham Asia mengawali pekan yang penuh agenda dengan kenaikan pada Senin (24/11/2025).
Pelaku pasar semakin yakin Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada Desember, meski di internal bank sentral Amerika Serikat (AS) sendiri masih ada perbedaan pandangan soal arah kebijakan tersebut.
Aktivitas perdagangan relatif tipis karena pasar Jepang libur. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4 persen. Indeks Kospi Korea Selatan yang sarat saham teknologi menguat 1,53 persen, bangkit dari pelemahan hari sebelumnya, didukung ekspektasi penurunan suku bunga AS dalam waktu dekat.
Hang Seng Hong Kong mendaki 1,34 persen, ASX 200 Australia terkerek 1,15 persen, dan STI Singapura tumbuh 0,38 persen.
Berbeda, Shanghai Composite melemah 0,32 persen.
Menguti Reuters, pasar juga bersiap menghadapi sejumlah pemicu pergerakan, termasuk rilis data penjualan ritel dan harga produsen AS yang dijadwalkan pekan ini. Di Inggris, Menteri Keuangan Rachel Reeves akan memaparkan anggaran barunya yang sangat dinanti.
Perkembangan geopolitik turut menjadi sorotan, setelah AS dan Ukraina menyatakan telah menyusun kerangka perdamaian yang diperbarui dan dipertajam untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Kabar ini menekan harga minyak karena memunculkan harapan tambahan pasokan global.
Setelah pekan lalu pasar saham global diguncang kekhawatiran atas valuasi tinggi saham teknologi, perdagangan di Asia pada Senin memberi sedikit jeda bagi bursa kawasan.
Kontrak berjangka (futures) Nasdaq dan S&P 500 masing-masing naik 0,64 persen dan 0,45 persen, sementara Eurostoxx 50 futures menguat 0,78 persen.
Sentimen positif semakin terbentuk setelah komentar pejabat The Fed yang berpengaruh, John Williams, yang pada Jumat menyatakan bahwa suku bunga bisa turun dalam waktu dekat, sehingga memperkuat peluang pelonggaran lebih lanjut pada Desember.
“Kami memperkirakan The Fed memangkas suku bunga lagi pada Desember, disusul dua penurunan tambahan pada Maret dan Juni 2026, yang akan membawa suku bunga acuan ke kisaran 3–3,25 persen,” tulis Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius, dalam sebuah catatan. (Aldo Fernando)