IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung bergerak beragam pada perdagangan Rabu (1/10/2025).
Berdasarkan data pasar, pukul 10.26 WIB, KOSPI menguat 0,58 persen, STI Singapura naik 0,71 persen.
Berbeda, Nikkei 225 Jepang turun 1,16 persen dan ASX 200 Australia berkurang 0,38 persen.
Pelemahan Nikkei 225 seiring sebagian besar sektor bergerak di zona merah. Investor memilih merealisasikan keuntungan setelah reli panjang yang menandai awal paruh kedua tahun fiskal.
“Ini merupakan koreksi dari reli yang mendorong Nikkei hingga bulan lalu,” ujar analis pasar di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory, Shuutarou Yasuda, dikutip Reuters (1/10).
Ia menambahkan, “Investor ingin mengambil untung, sehingga menjual saham-saham yang sebelumnya naik tajam, seperti Tokyo Electron dan SoftBank Group.”
Sepanjang September, Nikkei naik 5,2 persen, mencatatkan kenaikan enam bulan beruntun.
Pasar saham di China daratan dan Hong Kong ditutup hari ini karena libur.
Sementara itu, kontrak berjangka Wall Street juga melemah pada Rabu menjelang ancaman penutupan pemerintahan AS yang akan menunda rilis data ketenagakerjaan penting dan membuat prospek suku bunga semakin kabur. Pasar Asia pun bergerak hati-hati setelah mencatat kinerja solid pada kuartal sebelumnya.
Penutupan pemerintahan diperkirakan dimulai pada pukul 11.00 WIB setelah Senat menolak rancangan anggaran sementara yang seharusnya memperpanjang operasional pemerintah beberapa minggu lagi.
Hasil voting 55 banding 45 itu memastikan sebagian besar lembaga pemerintah akan menghentikan aktivitas non-esensial, mulai dari layanan penerbangan hingga publikasi laporan pengangguran bulanan.
Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 0,4 persen.
Dengan absennya laporan non-farm payrolls (NFP) pada Jumat, investor kemungkinan akan lebih memperhatikan rilis laporan ketenagakerjaan nasional ADP hari ini, yang diperkirakan mencatat tambahan 50.000 pekerjaan sektor swasta.
“Biasanya, penutupan pemerintahan tidak terlalu berdampak pada pasar. Bahkan shutdown pada 2018–2019 yang berlangsung lebih dari sebulan justru diikuti kenaikan Wall Street,” kata analis senior Capital.com, Kyle Rodda.
Menurut Rodda, ada dua hal yang menjadi perhatian pasar.
Pertama, tertundanya rilis data non-farm payrolls. Kedua, ancaman Presiden AS Donald Trump yang menyebut kemungkinan melakukan pemutusan hubungan kerja permanen, sehingga berpotensi memicu guncangan mini pada pasar tenaga kerja.
Saat ini, kontrak berjangka menunjukkan peluang 96 persen bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada Oktober, naik dari 90 persen sehari sebelumnya.
Selain itu, pasar memperkirakan sekitar 74 persen kemungkinan pemangkasan lanjutan pada Desember. (Aldo Fernando)