Sebelumnya, lembaga pemeringkat Moody’s mengafirmasi peringkat kredit Indonesia sebagai 'Baa2' dengan outlook stabil. Sementara lembaga Fitch juga mengkonfirmasi peringkat kredit Indonesia BBB dengan outlook stabil. (Lihat tabel di bawah ini.)
Direktur Departemen Komunikasi BI Fadjar Majardi sebelumnya mengatakan, penurunan posisi cadangan devisa tersebut, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis Fadjar dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang pemerintah per 31 Maret 2024 turun tipis menjadi Rp 8.262,10 triliun. Per akhir Februari, utang pemerintah mencapai Rp 8.319,22 triliun sehingga terjadi penurunan mencapai Rp 57,12 triliun.
Dari data tersebut, rasio utang pemerintah terhadap PDB tercatat mencapai 38,79 persen dan masih di bawah batas aman yang telah ditetapkan, yakni 60 persen dari PDB.
“Mayoritas utang berasal dari dalam negeri, yakni sebesar 71,52 persen dan sisanya berasal dari asing. Berdasarkan instrumen, sebanyak 88,05 persen berbentuk surat berharga negara (SBN) dan sisanya 11,9 persen adalah pinjaman,”tulis Buku APBN KiTA yang diterbitkan Kementerian Keuangan, Selasa (7/5/2024).
Meski demikian, BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga," kata Fadjar. (ADF)