Menurutnya, kebijakan ini memang sudah lama dinantikan. “Ini adalah hal yang ditunggu-tunggu negara kita. Pengetatan secara moneter tidak memberi dampak besar selama ini,” ujarnya.
Ia mencontohkan upaya pemerintah yang selama ini lebih banyak melalui intervensi penjualan obligasi dan penurunan suku bunga acuan. “Perlu adanya daya beli dari masyarakat. Yang diharapkan dengan kebijakan ini adalah solusi utama,” ucap Michael.
Terkait dampaknya bagi saham, ia menilai efek langsung belum terlihat. “Untuk saham sendiri, tidak terjadi dampak langsung,” tuturnya.
Namun, ia menekankan ada prospek positif di sektor keuangan dan konsumsi.
“Penyaluran kredit yang lebih besar artinya loan growth dan net interest margin (NIM) akan meningkat, selama non-performing loan (NPL) bisa dipertahankan. Peningkatan modal kerja ke masyarakat akan meningkatkan belanja serta pendapatan juga,” kata dia.
Menurutnya, kondisi ini berpotensi memberikan dorongan pada emiten ritel, perbankan, hingga sektor konsumer yang tercatat di bursa.