Perbaikan Kinerja
Manajemen pun memberikan penjelasan soal BUMI yang menunjukkan tren performa keuangan yang membaik dalam 3 tahun terakhir walaupun dihadapkan dengan keadaan harga batu bara yang tidak stabil.
Hal tersebut, mengutip pihak BUMI, dapat terlihat dari peningkatan pendapatan sebesar 82% dari sebelumnya sebesar USD1.008,2 juta di 2021 menjadi USD1.830,1 juta di 2022.
Peningkatan pendapatan Perseroan ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya harga batu bara secara global yang diakibatkan dari ketidakseimbangan penawaran/permintaan batu bara dan sebagai dampak perang Rusia-Ukraina.
Pendapatan hanya menurun sebesar 8,2% pada 2023 walaupun terjadi penurunan harga sebanyak 33% jika dibandingkan dengan 2022.
Sebelumnya, pada Oktober 2022, BUMI melakukan pelunasan atas keseluruhan utang berdasarkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) melalui Peningkatan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement senilai USD1,6 miliar atau setara dengan Rp24 triliun.
“Dengan pelunasan Utang PKPU tersebut, Perseroan menjadi perusahaan yang bebas utang dan tidak lagi memiliki beban atas bunga yang dibayar kepada para kreditur Utang PKPU sejak Desember 2017,” beber manajemen dalam keterbukaan informasi.
Masih menurut keterbukaan informasi, dengan dilunasinya Utang PKPU, beban bunga yang merupakan porsi terbesar yang mempengaruhi laba perseroan sudah tidak menjadi beban perseroan di masa yang akan datang.
Selain itu, kata manajemen, harga batu bara yang cukup tinggi semakin membuat prospek Perseroan semakin baik di masa yang akan datang yang akan menjaga posisi laba ditahan Perseroan tetap positif sehingga Perseroan mempunyai kemampuan, bergantung persetujuan pemegang saham, untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
“Agar dapat membayar dividen, Perseroan akan melakukan restrukturisasi terhadap modal melalui Rencana Kuasi Reorganisasi, yaitu dengan cara mengeliminasi akumulasi rugi (defisit) laba ditahan dengan menggunakan saldo agio saham,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.
Selain itu, kata manajemen, apabila kuasi reorganisasi tidak dilakukan sekarang maka akan sulit bagi emiten yang kini dikendalikan Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut untuk membagikan dividen dalam waktu dekat.
“Sekalipun, dari sisi keuangan Perseroan memiliki prospek keuangan yang baik,” kata pihak BUMI.
Rata-rata 3 tahun atas laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah sebesar USD234,7 juta.
Selanjutnya, kata manajemen, BUMI memiliki prospek yang baik, terbukti dengan adanya laba operasional positif dalam laporan keuangan tahunan yang diaudit selama 3 tahun berturut-turut. (ADF)