IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (11/8/2025), masih tersengat efek pengumuman indeks global MSCI menjelang akhir pekan lalu.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,75 persen ke level 7.590,18 hingga penutupan sesi I Senin, usai sempat menyentuh 7.630,11 pada awal perdagangan.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai masuknya dua konstituen baru ke dalam standar kapitalisasi MSCI menjadi sentimen positif bagi pasar. Dua emiten tersebut adalah PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) milik konglomerat Grup Sinarmas dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) besutan taipan Prajogo Pangestu.
“Untuk DSSA sendiri memiliki market cap yang cukup besar sehingga mampu menjadi pendongkrak IHSG,” katanya, Senin (11/8/2025).
Michael juga menyoroti perkembangan di sektor perbankan. “Bisa kita perhatikan juga, bahwa ternyata perbankan tidak mengalami penurunan bobot di MSCI,” katanya.
Dia menambahkan, “Potensi untuk IHSG break titik tertinggi 7.600 menjadi besar, dengan target ke 7.801.”
Sebelumnya, Michael menilai, potensi dana asing yang masuk ke pasar Indonesia masih cukup besar dalam waktu dekat.
“Ada perkiraan inflow yang cukup besar hingga di akhir Agustus nanti menyusul masuknya beberapa konstituen Indonesia ke MSCI,” ujar Michael kepada IDXChannel, Jumat (8/8) pekan lalu.
Ia menyebut, DSSA dan CUAN, dinilai menjadi incaran karena potensi arus dana dari manajer investasi global.
Secara teknikal, Michael mengamati bahwa saham-saham tersebut tengah berada di titik tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH), sehingga analisis teknikal konvensional menjadi kurang relevan.
“Secara teknikal, saham Prajogo Pangestu bergerak di area ATH,” tuturnya.
Karena itu, ia menambahkan, proyeksi pergerakan harga lebih banyak mengandalkan ekspektasi arus dana yang masuk. “Sehingga pergerakan teknikal hanya bisa menggunakan flow forecasting,” demikian kata Michael.
Saat ini, investor pasar global menanti laporan penting inflasi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan menjadi penentu arah dolar dan obligasi.
Isu perdagangan dan geopolitik turut membayangi, dengan tenggat pemberlakuan tarif AS terhadap China yang berakhir Selasa dan diproyeksikan kembali diperpanjang.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat untuk membahas Ukraina.
Mengutip Reuters, data ekonomi utama pekan ini adalah indeks harga konsumen AS pada Selasa. Analis memperkirakan dampak tarif mendorong inflasi inti naik 0,3 persen, atau ke laju tahunan 3,0 persen, menjauh dari target 2 persen Federal Reserve (The Fed).
Kenaikan di atas perkiraan bisa mengganggu ekspektasi pasar atas pemangkasan suku bunga pada September, meski analis menilai angkanya harus sangat tinggi mengingat pelemahan data ketenagakerjaan kini lebih memengaruhi prospek kebijakan.
Pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada September sekitar 90 persen, dengan setidaknya satu pemangkasan lagi sebelum akhir tahun. Calon gubernur The Fed pilihan Trump, Stephen Miran, belum pasti akan menjabat tepat waktu untuk ikut memberi suara, sementara kandidat ketua The Fed yang baru telah mengerucut menjadi sekitar 10 orang.
Prospek suku bunga yang lebih rendah memberi dukungan pada pasar saham, diiringi musim laporan keuangan yang solid di Wall Street. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.