IDXChannel - Batu bara berjangka (futures) Newcastle melesat 3,34 persen di level USD147 per ton pada perdagangan Selasa (30/4/2024).
Pada sesi sebelumnya, harga emas hitam naik 2,16 persen di level USD137,4 per ton pada perdagangan Senin (29/4).
Batu bara kembali naik melampaui level tertinggi dalam dua bulan pada perdagangan Kamis (18/4) pekan lalu di harga USD141 per ton.
Secara mingguan, harga batu bara sudah menguat 8,49 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Melansir Trading Economics, harga batu bara sebelumnya turun karena ekspektasi melemahnya permintaan. Menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan komoditas ini, ecara historis, harga batu bara mencapai titik tertinggi sepanjang masa di USD457,8 per ton pada September 2022.
Kenaikan harga batu bara tersengat kabar kenaikan pajak karbon di Eropa. Melansir Irish Independent, masyarakat Eropa harus membayar lebih untuk pasokan minyak, batu bara, dan gas pemanas rumah karena kenaikan pajak karbon tahunan mulai berlaku.
Kenaikan pajak karbon akan menambah sekitar €19 untuk mengisi tangki minyak pemanas rumah berkapasitas 900 liter.
Artinya, mengisi tangki berkapasitas 900 liter kini akan membebani rumah tangga dengan total pajak karbon sebesar €140, berdasarkan perhitungan situs perbandingan harga Bonkers.ie.
Sebelumnya, produksi batu bara Eropa, terutama lignit, mengalami penurunan pada 2023, dengan produsen batu bara besar seperti Jerman, Polandia, dan Republik Ceko mengalami penurunan.
Selain itu, tren penurunan harga batu bara sejalan dengan peralihan yang lebih luas ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti gas alam, dan peraturan lingkungan yang lebih ketat.
J.P. Morgan mencatat lonjakan pasokan dan infrastruktur gas alam global, terutama di Qatar dan Amerika Serikat (AS), memfasilitasi transisi dari batu bara ke gas dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sebelumnya, Reuters melaporkan China dan India meningkatkan impor batu bara termal yang diangkut melalui laut ke level tertinggi dalam tiga bulan pada Maret 2024.
Ini karena dua pembeli batu bara terbesar dunia tersebut memanfaatkan harga bahan bakar internasional yang lebih rendah untuk memenuhi permintaan listrik dalam negeri yang kuat.
China, produsen dan importir batu bara terbesar di dunia, mencatat kedatangan batu bara termal melalui laut sebesar 29,7 juta metrik ton pada Maret, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.
Jumlah ini naik dari 23,03 juta ton pada Februari dan juga lebih tinggi dibandingkan 28,62 juta ton pada Maret 2023.
Pada kuartal I-2024, impor batu bara China yang digunakan terutama untuk menghasilkan listrik melalui jalur laut mencapai 80,64 juta ton, naik 17,2 persen dari 68,82 juta ton pada periode yang sama 2023.
China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia dilaporkan melanjutkan kebijakan untuk meningkatkan pembangkit listrik tenaga batu bara. (ADF)