sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga CPO Anjlok Nyaris 3 Persen dalam Sepekan

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
21/12/2025 12:05 WIB
Harga minyak sawit mentah (CPO) merosot lebih dari 1 persen pada Jumat (19/12/2025), menghentikan penguatan selama dua hari sebelumnya.
Harga CPO Anjlok Nyaris 3 Persen dalam Sepekan. (Foto: Freepik)
Harga CPO Anjlok Nyaris 3 Persen dalam Sepekan. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (CPO) merosot lebih dari 1 persen pada Jumat (19/12/2025), menghentikan penguatan selama dua hari sebelumnya. Pelemahan dipicu penguatan ringgit serta penurunan harga minyak nabati pesaing di bursa Dalian dan Chicago, yang menekan sentimen pasar.

Harga CPO tercatat turun 1,83 persen ke level 3.906 ringgit Malaysia per ton, menjadi posisi terendah sejak Juni 2025. Dalam empat pekan terakhir, harga minyak sawit telah terkoreksi sekitar 5 persen, sementara secara tahunan dalam 12 bulan terakhir melemah 11 persen.

Secara mingguan, harga CPO mencatat penurunan 2,91 persen, sekaligus menjadi penurunan untuk pekan kedua berturut-turut, dengan harga jatuh ke level terendah sejak awal Juni.

Tekanan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan ekspor.

Seorang trader berbasis di Kuala Lumpur mengatakan, dikutip Reuters, harga CPO terutama tertekan oleh pelemahan pasar minyak nabati pesaing.

Kontrak palm olein di Dalian masih berada di zona merah setelah mengalami penurunan pada perdagangan sebelumnya. Selain itu, penguatan ringgit yang bertahan di kisaran 4,08 turut membuat pembeli menahan diri.

Survei kargo memperkirakan, dikutip dari Trading Economics, pengapalan minyak sawit Malaysia pada periode 1-15 Desember turun sekitar 15,9 persen hingga 16,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, data resmi menunjukkan ekspor minyak sawit pada November turun 9,3 persen secara tahunan, berbalik arah dari lonjakan 24 persen pada Oktober.

Di sisi lain, Malaysia menurunkan harga referensi minyak sawit mentah untuk Januari 2026, sekaligus memangkas bea ekspor menjadi 9,5 persen. Langkah ini diperkirakan dapat membantu menopang pengapalan dalam beberapa bulan ke depan.

Meski demikian, tekanan harga sedikit tertahan oleh laporan industri yang menunjukkan impor minyak sawit oleh India, sebagai pembeli terbesar, naik sekitar 5 persen pada November dibandingkan Oktober, didorong oleh harga yang lebih menarik.

Di Indonesia, stok minyak sawit pada akhir Oktober tercatat turun 10 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 2,33 juta ton, meskipun produksi mengalami peningkatan, menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Sementara itu, negara-negara Uni Eropa menyetujui kesepakatan untuk menunda penerapan undang-undang anti-deforestasi selama satu tahun, menyusul keberatan dari pelaku industri serta kekhawatiran bahwa sistem digital untuk penegakannya belum siap. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement