sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga CPO Tertekan di Tengah Minimnya Sentimen Beli

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
08/09/2025 14:38 WIB
Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada awal pekan, Senin (8/9/2025), mengikuti pelemahan harga minyak nabati di bursa Dalian.
Harga CPO Tertekan di Tengah Minimnya Sentimen Beli. (Foto: Freepik)
Harga CPO Tertekan di Tengah Minimnya Sentimen Beli. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada awal pekan, Senin (8/9/2025), mengikuti pelemahan harga minyak nabati di bursa Dalian. Minimnya aksi beli baru turut menekan harga.

Kontrak berjangka (futures) CPO untuk pengiriman November di Bursa Derivatif Malaysia turun tipis 0,09 persen menjadi MYR4.444 per ton pada jeda perdagangan siang.

“Minimnya permintaan baru dari pasar tujuan, terutama India, semakin menekan harga di tengah risiko kenaikan stok, karena produksi di Malaysia dan Indonesia pada Agustus terbilang cukup baik,” ujar Kepala Riset Sunvin Group berbasis Mumbai, Anilkumar Bagani, dikutip Reuters.

Kontrak minyak kedelai teraktif di Dalian melemah 0,1 persen, sementara kontrak minyak CPO terkoreksi 0,4 persen. Sebaliknya, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) naik 0,35 persen.

Harga minyak sawit kerap bergerak mengikuti pergerakan minyak nabati pesaing karena bersaing dalam pasar minyak nabati global.

Stok minyak sawit Malaysia diperkirakan naik untuk keenam bulan berturut-turut pada Agustus, seiring produksi yang terus melampaui ekspor meski permintaan mulai pulih, menurut survei Reuters.

Sementara itu, impor kedelai China naik menjadi 12,28 juta ton, atau 1,15 persen secara tahunan, tertinggi sepanjang sejarah untuk bulan Agustus, berdasarkan data bea cukai pada Senin.

Di sisi lain, harga minyak mentah menguat lebih dari 1 persen, memangkas sebagian pelemahan pekan lalu.

Prospek sanksi baru terhadap minyak Rusia setelah serangan semalam di Ukraina menutupi rencana peningkatan produksi OPEC+. Harga minyak mentah yang lebih kuat menjadikan minyak sawit lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel.

Mata uang ringgit, yang menjadi alat tukar perdagangan minyak sawit, menguat 0,05 persen terhadap dolar AS. Kondisi ini membuat komoditas tersebut sedikit lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement