IDXChannel – Sejumlah saham emiten produsen emas condong menguat pada perdagangan Senin (1/4/2024) seiring logam mulia acuannya kembali menembus rekor tertinggi.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.50 WIB, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melompat 2,63 persen ke Rp2.340 per saham, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) naik 2,00 persen.
Kemudian, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) masing-masing naik 1,54 persen dan 0,58 persen.
Sementara, saham ANTM, SQMI dan AMMN masih stagnan.
Berbeda, saham UNTR terkoreksi 0,62 persen dan PSAB merosot 4,76 persen.
Diwartakan sebelumnya, harga emas di pasar spot kembali menyentuh rekor tertinggi anyar di awal pekan, Senin (1/4).
Emas diperdagangkan di kisaran USD2.259 per troy ons, melonjak 1,19 persen pada pukul 8.27 WIB.
Secara mingguan, harga emas sudah naik 3,98 persen dan secara bulanan harga emas meroket 6,75 persen.
Harga emas terakhir diperdagangkan pada level USD2.241 per troy ons pada pekan lalu dan mencapai posisi new all-time high (ATH), naik 2,7 persen dari minggu sebelumnya.
Mengutip Trading Economics, emas bertahan di tengah spekulasi bahwa bank-bank sentral utama akan beralih ke penurunan suku bunga tahun ini, sementara meningkatnya ketegangan geopolitik juga meningkatkan permintaan safe-haven untuk emas batangan.
Selama pertemuan kebijakan terakhirnya, bank sentral Federal Reserve (The Fed) AS mempertahankan prospek penurunan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini meskipun terdapat data inflasi yang masih ‘panas’.
Pasar bertaruh, The Fed akan memulai penurunan suku bunga pada Juni mendatang.
Di Eropa, Swiss National Bank (SNB) secara mengejutkan melakukan penurunan suku bunga pada pertemuan Maret, sehingga memicu spekulasi bahwa bank sentral besar lainnya juga akan melakukan hal yang sama.
Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya, tetapi diperkirakan akan mempertahankan sikap akomodatif untuk beberapa waktu ke depan.
Selain itu, faktor utama yang mempengaruhi harga emas adalah inflasi, meningkatnya permintaan dari bank sentral, de-dolarisasi negara berkembang, situasi mikroekonomi, dan geopolitik.
Kombinasi faktor-faktor ini akan menciptakan kondisi bagi pertumbuhan harga emas pada 2024.
Menurut Kar Yong Ang, analis pasar keuangan, meningkatnya konflik geopolitik menyebabkan nilai emas naik sepanjang 2024.
“Karena peristiwa geopolitik pada tahun 2022, aset dolar menjadi lebih berisiko bagi banyak negara. Bank-bank sentral di negara-negara Selatan, Eropa Timur, dan Timur Tengah telah secara aktif menerapkan kebijakan untuk menambah cadangan devisa pada bagian emas sejak akhir tahun 2022,” ujar Kar Yong Ang, analis pasar keuangan Octa dikutip Yahoo Finance, awal Maret 2024.
Menurut laporan Dewan Emas Dunia (WGC), bank sentral membeli 800 ton emas dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, naik 14 persen dibandingkan tahun 2022.