Permintaan yang berlebihan dari bank sentral ini telah meningkatkan nilai emas sebesar 10 persen pada tahun 2023.
“Pembelian emas oleh bank sentral yang akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada 2024. Jika tren ini terus berlanjut dan tingkat cadangan emas bergerak menuju rata-rata 40 persen dari komposisi cadangan emas, itu berarti ada tambahan aset sebesar USD3,2 triliun dan merupakan peningkatan sebesar 25 persen pada tahun 2025, yang setara dengan harga emas USD2.500 per troy ons,” tambahnya.
Emas juga kembali mengalami kenaikan sejak awal konflik Palestina-Israel. Sejak Oktober 2023, emas telah bertambah lebih dari 8 persen.
Selain itu, Ang menambahkan stabilisasi inflasi akan terus mendukung harga emas.
“Pada tahun 2022, inflasi global mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Namun, juga merupakan fakta bahwa inflasi mencapai puncaknya pada akhir tahun 2023,” imbuh Ang.
Meski demikian, sebagian besar analis memperkirakan tekanan inflasi akan terus mereda pada tahun 2024.
“Secara tradisional, harga emas berkorelasi negatif dengan tingkat inflasi. Semakin rendah tingkat inflasi, semakin rendah pula tingkat suku bunga obligasi pemerintah. Akibatnya, daya tarik relatif dari aset tanpa bunga seperti emas meningkat,”ujar Ang.
Ang menambahkan, de-dolarisasi negara-negara berkembang juga menjadi faktor yang mengangkat daya tarik emas.
“Investor melihat emas sebagai sarana alternatif untuk membangun tabungan dan perlindungan terhadap inflasi dan risiko mata uang. Permintaan emas meningkat karena Brasil, Rusia, India, dan China mencari cara untuk meningkatkan kemandirian mata uang mereka,” kata Ang.
Pada paruh kedua tahun ini, tren kenaikan emas kemungkinan akan terus berlanjut, dan emas bisa bergerak di kisaran USD2.300 per troy ons. (ADF)