Lucky juga menjelaskan, beragam keuntungan yang didapat Antam dengan produksi feronikel dan sektor lainnya. Sektor ini kata dia, dapat menjadi pengganti ketika satu sektor mengalami penurunan dan pelemahan.
"Untuk feronikel, dari hasil tambang yang dilakukan bebebapa produsen hasil tambang, persoalan apakah signifikan atau tidak, tentu para miner memiliki diversifikasi atau beberapa produk lain, produk subsitusi untuk mendukung kinerja fundamental," jelasnya.
"Jadi saya melihat dengan produksi feronikel, Antam memiliki produk lain sebagai subsitusi atau pengganti kinerja fundamental, apabila salah satu produknya memiliki koreksi."
Lalu, apakah feronikel yang dihasilkan Antam?
Berkaitan dengan hal ini, Antam sendiri beberapa waktu lalu memberikan penjelasan. Melalui akun resminya @OfficialAntam menulis,
"Tahukah anda, feronikel yang dihasilkan oleh Antam memiliki 80% kadar besi & 20% nikel. Umumnya feronikel digunakan untuk bahan paduan pembuatan baja & memiliki unsur lapisan anti karat. Di Indonesia feronikel ini diproduksi di Pabrik Feronikel Pomala."
Ketika ditanya terkait saham Antam yang masih cenderung naik-turun di awal tahun 2022, Lucky Bayu santai saja menjawabnya. Dia mengaku sama sekali tidak khawatir dengan kondisi tersebut. Menurutnya, terjadinya pelemahan belakangan ini bersifat hanya temporal saja.
"Jadi menurut saya, justru saya melihat Antam dalam kondisi discount. Jadi pelemahan ini dimaknai sebagai koreksi temporer, peraturan kan bisa mengalami perubahan. Contoh, kebijakan-kebijakan yang sudah ada di sektor komoditi apakah itu pajak ekspor-impor di industri Kelapa Sawit, apakah DMO (domestik market obligation) di batu bara, itu kan mengikuti dinamika di sektor. Jadi pandangan saya, sentimennya ini temporer," jelasnya. (TYO)