Sebagian besar analis menilai hal ini menjadi pendorong utama potensi surplus pasokan, ditambah dengan meningkatnya produksi dari produsen non-OPEC+. Kondisi ini, bersama dengan prediksi perlambatan permintaan akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi yang dipicu tarif perdagangan, diperkirakan memperdalam surplus.
Namun, analis menilai ekspor Rusia berpotensi semakin tertekan oleh sanksi, serangan terhadap infrastruktur, atau kebijakan Moskow sendiri. Faktor-faktor ini dinilai dapat mencegah harga minyak jatuh terlalu dalam.
Rusia akan melarang sebagian ekspor diesel hingga akhir tahun dan memperpanjang larangan ekspor bensin yang sudah berlaku. Keputusan itu, menurut Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pekan lalu, diambil setelah serangan drone Ukraina terhadap sejumlah kilang Rusia.
Dalam laporan bulanan terbarunya, Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan pasokan minyak dunia akan naik lebih cepat tahun ini dan surplus dapat melebar pada 2026 seiring peningkatan produksi dari anggota OPEC+, serta pertumbuhan pasokan dari luar kelompok produsen tersebut, berlawanan dengan proyeksi terbaru OPEC.
Rata-rata, analis memperkirakan permintaan akan tumbuh sebesar 0,7 juta barel per hari tahun ini.
(NIA DEVIYANA)