Bank tersebut juga mencatat indikator frekuensi tinggi menunjukkan konsumsi minyak di AS masih lesu, terlihat dari melemahnya aktivitas perjalanan dan turunnya pengiriman kontainer.
Pada sesi sebelumnya, harga minyak merosot setelah Administrasi Informasi Energi AS melaporkan stok minyak mentah AS naik 5,2 juta barel menjadi 421,2 juta barel dalam sepekan terakhir.
“Rendahnya tingkat operasional kilang menunjukkan permintaan minyak mentah di AS sedang tidak kuat, akibat periode pemeliharaan kilang yang cukup signifikan. Kondisi ini menjadi beban fundamental bagi harga,” kata Kilduff.
Sementara itu, Arab Saudi sebagai eksportir minyak terbesar dunia, memangkas harga jual resmi minyaknya untuk pelanggan Asia pada Desember, merespons kondisi pasar yang berpasokan cukup longgar ketika produsen OPEC+ meningkatkan produksi.
“Kami memperkirakan tekanan penurunan harga minyak bertahan, mendukung proyeksi kami yang berada di bawah konsensus, yaitu USD60 per barel pada akhir 2025 dan USD50 per barel pada akhir 2026,” tulis Capital Economics dalam sebuah catatan.