"Kepercayaan terhadap pengaruh Libya, baik itu sentimen bullish atau bearish, tidak pernah berjalan baik dalam sejarah terkini. Pasar akan menemukan cara lain dan sudah terbiasa dengan situasi pasokan minyak yang serba tidak pasti akibat konflik antar faksi di negara Afrika Utara ini,” kata PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Jumat (30/8).
Sejujurnya, kata PVM Oil, kondisi keuangan Libya juga sedang terpuruk, dan kurangnya pendapatan dari minyak merugikan semua pihak, bukan hanya satu pihak saja. “Jadi, 'permainan' ini mungkin tidak akan bertahan lama,” tuturnya.
Meskipun pasokan terbatas, perhatian tetap tertuju pada permintaan yang lemah dari China, sementara liburan Hari Buruh di Amerika Serikat (AS) menandai berakhirnya musim mengemudi dan awal permintaan yang lebih rendah di musim gugur.
Ancaman bahwa OPEC bisa mulai mengembalikan pemotongan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal keempat juga membatasi kenaikan harga.
"Harga minyak mentah cenderung tidak banyak berubah setelah minggu yang bergejolak, dengan fokus yang terpecah antara margin kilang yang lemah yang menunjukkan permintaan yang lemah dan dukungan dari data ekonomi AS yang kuat serta gangguan pasokan dari Libya,” ujar Saxo Bank.