Adapun, OPEC+ yang merupakan organisasi negara pengekspor miinyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan bertemu pada hari Rabu. Kelompok tersebut kemungkinan masih akan mempertahankan produksi minyak dengan kuota yang tidak berubah pada bulan September.
Analis memperkirakan tidak ada perubahan yang cukup berarti dalam pertemuan OPEC+, mengingat prospek permintaan yang lemah karena tumbuhnya kekhawatiran resesi. Sebagai salah satu anggota OPEC, Arab Saudi dimungkinkan enggan untuk meningkatkan produksi. Menjelang pertemuan, OPEC+ memangkas perkiraannya menjadi 800.000 barel per hari (bph),
"Kemungkinan mereka akan mengumumkan peningkatan dengan output yang tetap rendah di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini dan sinyal melemahnya permintaan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Rabu (3/8/2022).
Lebih jauh pasar minyak juga masih terbebani oleh sejumlah katalis termasuk meningkatnya kekhawatiran kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa, tekanan utang di negara-negara berkembang, dan kebijakan China yang membatasi aktivitas di importir minyak utama dunia. Demikian analisa Vivek Dhar, seorang pengamat Commonwealth Bank.
"Kami melihat ada risiko penurunan harga minyak di kuartal keempat 2022 karena kekhawatiran permintaan global terus tumbuh," kata Dhar dalam sebuah catatan.
Selain itu, lonjakan dolar yang kuat didukung oleh komentar pejabat Federal Reserve AS yang mengisyaratkan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga. Hal itu turut membebani harga minyak karena greenback yang lebih kuat bakal mendorong minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
(FRI)