IDXChannel – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2023 cenderung melemah seiring dengan net sell jumbo investor asing dan nilai transaksi harian yang sepi.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi I, Selasa (7/3), kinerja IHSG secara year to date (YTD) terkontraksi hingga 1,01 persen. Bahkan, dalam sebulan belakangan IHSG merosot hingga 2,21 persen.
Menengok kinerjanya saat ini, IHSG masih bersusah payah menuju level psikologis 7.000. Bahkan, sepanjang bulan Maret 2023 IHSG sulit menyentuh angka 6.900.
Hingga sesi I, Selasa (7/3), IHSG berada di level 6.782, atau merosot 0,36 persen dari perdangangan kemarin, Senin (6/3).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan IHSG saat ini sedang berada di fase downtrend.
“Terlebih IHSG saat ini sudah berada di bawah MA20 dan didominasi oleh volume penjualan,” kata dia dalam wawancara dengan IDX Channel pada Selasa (7/3).
Tercatat, investor asing rajin melego saham Tanah Air di pasar reguler hingga Rp1,80 triliun sepanjang 2023.
Di samping itu, investor asing paling banyak mencatatkan jual bersih atau net sell di saham-saham perbankan, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), hingga PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Menurut data BEI, BMRI menjadi saham yang paling banyak dilego oleh investor asing di pasar reguler, yakni mencapai Rp1,6 triliun secara YTD.
Menyusul BMRI, BBCA juga turut dilego investor asing dengan jumlah net sell di pasar reguler sebesar Rp1,1 triliun secara YTD.
Sementara, saham ARTO juga tak luput dari aksi lego investor asing dengan nilai net sell di pasar reguler mencapai Rp623,7 miliar sepanjang 2023.
Selain saham perbankan, investor asing juga mencatatkan net sell jumbo di saham emiten teknologi, seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hingga saham emiten telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT). (Lihat tabel di bawah ini.)
Di sisi lain, Founder Master Mind Trader Hendri Setiadi mengatakan, IHSG saat ini cenderung bergerak flat karena banyak investor untuk memilih wait and see di tahun ini.
“Ini karena tahun politik di Indonesia, di mana sedang memasuki tahun kampanye pemilihan presiden," kata Hendri Setiadi kepada IDX Channel, Selasa (7/3).
Aksi investor untuk memilih wait and see juga menyebabkan sepinya transaksi harian IHSG belakangan ini yang berada di bawah Rp10 triliun.
Setidaknya, selama bulan Maret, nilai transaksi harian IHSG berada di bawah Rp10 triliun sejak Kamis (2/3) hingga Senin (6/3).
Pada perdagangan Kamis (2/3), nilai transaksi harian IHSG hanya sebesar Rp8,38 triliun. Sedangkan, pada Jumat (3/3), nilai transaksi harian IHSG naik menjadi Rp9,04 triliun kemudian kembali turun menjadi Rp8 triliun pada penutupan Senin (6/3).
Hingga sesi I, Selasa (2/3), nilai transaksi IHSG masih berada di Rp3,87 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)
Lebih lanjut, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi berpendapat, likuiditas di pasar saat ini sudah tidak setinggi dulu dengan penurunan volume dan nilai transaksi peredagangan saham hingga 20 persen dari tahun lalu.
“Pada 2023, rata-rata nilai transaksi di kisaran Rp9 triliun hingga Rp10 triliun, appetite untuk trading turun dibanding pada 2022 lalu karena investor cenderung wait and see,” ujar Tirta dalam wawancara dengan IDX Channel, Selasa (7/3).
Soal target IHSG, analis-analis di atas memberikan prediksi terkait target IHSG pada kuartal I-2023.
Hendri berpendapat, target IHSG pada level terendah di periode ini dapat mencapai 6.557. Sementara, dalam skenario yang lebih optimistis, IHSG dapat berada di level 7.090.
Berbeda dengan Hendri, Herditya memperkirakan IHSG akan menuju ke level 6.712 hingga 6.759.
“Untuk IHSG, ada kemungkinan akan menguji support di 6.781 dan akan menuju ke rentang 6.712 sampai 6.759 terlebih dahulu,” pungkas Herditya.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.