"Selain itu potensi pengesahan stimulus stimulus fiskal jumbo USA berpotensi mendorong pemulihan ekonomi. Stimulus besar juga meningkatkan defisit anggaran yang akhirnya mendorong penerbitan surat hutang baru dengan yield yang lebih tinggi. Bila yield government bond USA masih terus naik, kemungkinan besar pasar saham dunia masih akan terus terkoreksi," jelas Hans.
Kedua soal kenaikan yield obligasi pemerintah USA tenor 10 tahun memberikan tekanan pada ekonomi karena digunakan menjadi patokan untuk suku bunga hipotek dan pinjaman mobil. Kenaikan yield ini juga menempatkan imbal hasil acuan US Treasury berada di atas dividen yield saham-saham di dalam indeks S&P 500.
"Hal inilah yang memicu aksi jual invsetor terhadap saham-saham khususnya di saham-saham sektor teknologi yang lebih diuntungkan dengan kondisi suku bunga rendah. Sektor teknologi selama ini mengandalkan pinjaman murah untuk mendorong pertumbuhan. Sedangkan sektor yang diuntungkan karena pembukaan Kembali ekonomi mengalami kenaikan, yakni sektor energi, industry serta keuangan."
Ketiga, Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, yang mengesampingkan ancaman inflasi dan mengatakan dibutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk mencapai target inflasi bank sentral secara konsisten. Dalam kesaksian di depan Komite Jasa Keuangan DPR, Powell mengatakan inflasi diperkirakan akan berubah-ubah setelah ekonomi dibuka kembali akibat peningkatan permintaan.
Keempat dari program vaksin USA terlihat sukes setelah diperkirakan Kawasan tersebut diperkirakan mendapatkan kekebalan kawasan pada musim semi atau musim panas tahun ini. Artinya sekitar bulan Maret atau Juni hal ini sudah terjadi.