Menanti IHSG Kembali ke Utara
Secara teknikal, level support terdekat IHSG berada di 6.851 dan di 6.760.
Sementara, level pivot (titik potensi pembalikan/reversal) di 7.113. Apabila IHSG bisa kembali menguat ke atas level pivot tersebut, tren penurunan sejak medio September lalu bisa berkurang.
Sebelumnya, Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee memaparkan, ekonomi global yang sedang dilanda kekhawatiran berpengaruh terhadap pasar saham RI.
“Ekonomi global sedang khawatir. Ekonomi melambat. Kalau ekonomi melambat, biasanya akan berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan,” jelas Hans saat dihubungi IDXChannel, Rabu (12/10).
Menurut estimasi Hans, dengan skenario resesi rendah, laba perusahaan di luar negeri kurang lebih bisa turun 15 persen.
Hans melanjutkan, sebagai negara pengekspor komoditas, seperti batu bara dan minyak sawit, perlambatan ekonomi global akan memengaruhi ekonomi RI dan pasar saham dalam negeri.
“Tentu ini [sentimen ekonomi global] akan berpengaruh ke Indonesia. Indonesia kan ngandelin komoditas. Ekonomi global turun, ekspor turun. Saham komoditas turun. Sehingga ekonomi melambat, laba perusahaan turun. Ini yang membuat saham dalam negeri turun,” bebernya.
“Kita salah satu bursa terbaik di dunia,” kata Hans, “Penurunan ini mengoreksi pertumbuhan-pertumbuhan sebelumnya.”
Ke depan, mengutip penjelasan Hans, dunia menghadapi dua hal penting.
Pertama, soal potensi bank sentral global akan menaikkan suku bunga lagi di tengah data inflasi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi. “Kenaikan [inflasi] tersebut akan membuat resesi,” ujar Hans.
Kedua, Rusia-Ukraina, salah satu jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Semenanjung Krimea meledak pada Sabtu (8/10) dan menyebabkan kemarahan di Moskow. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan di rute penting bagi pasukan perang Rusia tersebut.
“Itu bikin Rusia marah. Ini membuat risiko global meningkat dan membuat pasar terkoreksi akhir-akhir ini,” jelas Hans.
Berkaitan dengan poin kedua, kata Hans, menjelang akhir tahun, Eropa akan memberikan sanksi ke Rusia yang sedang berperang dengan Ukraina.
Hal ini juga, demikian papar Hans, berpotensi menaikkan harga minyak mentah dunia dan ikut memengaruhi harga BBM dalam negeri.
Hans masih optimistis indeks saham acuan RI tersebut akan kembali ke level psikologis 7.100-7.200 di akhir Desember.
Investor asing, kata Hans, juga akan kembali ke pasar saham RI seiring dengan aksi The Fed yang diproyeksi tidak akan seagresif bulan-bulan sebelumnya dalam menaikkan suku bunga.
Sebagai informasi, asing ‘cabut’ dari pasar saham RI dengan nilai penjualan bersih (net sell) Rp1,17 triliun di pasar reguler dalam sepekan dan sebesar Rp7,41 triliun dalam sebulan belakangan.
Kendati, investor asing masih melakukan pembelian bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp62,52 triliun secara year to date (ytd). (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.