Baik INDF dan ICBP mengkhawatirkan risiko harga komoditas dari beberapa faktor, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran pasar dan lingkungan ekonomi global. Sepanjang 2021, INDF menerima dampak yang ditimbulkan dari pembelian minyak kelapa sawit (CPO).
Untuk mengantisipasi fluktuasi harga komoditas global, kelompok usaha perseran melakukan penyesuaian harga jual produk secara berkala. Artinya, terdapat kebijakan untuk menaik-turunkan harga produk di pasar.
Secara umum kedua emiten milik Salim Group ini telah mengalami kenaikan cukup signifikan dalam lima hari perdagangan terakhir. Dalam hitungan sepekan per Jumat (13/5), ICBP naik 7,21 persen, dan INDF menguat 2,38 persen.
ICBP meraih laba bersih sebesar Rp6,38 triliun pada 2021. Realisasi itu lebih rendah 3,01 persen dari laba tahun 2020 senilai Rp6,58 triliun. Sementara INDF menghasilkan laba bersih Rp7,64 triliun, meningkat 18,38 persen dari 2020 sebesar Rp6,45 triliun. (TYO)