IDXChannel - Nilai inflasi nasional yang mencapai 4,35 persen secara tahunan (year on year/yoy) dianggap sebagai sinyal bahaya bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Hal itu lantaran dengan inflasi tinggi, membuat masyarakat harus mengeluarkan baiaya lebih mahal untuk mencukupi kebutuhannya, dibandingkan saat inflasi masih melandai.
"Ini sinyal bahaya, kan seharusnya on the track. Inflasi yang terjadi saat ini membuat masyarakat harus membayar lebih mahal untuk beberapa pengeluarannya," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, Jumat (1/7/2022).
Jika inflasi ini terus bergerak meningkat, menurut Tauhid, maka akan mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang, dan yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang juga akan melambat.
"Jelas, karena dengan kenaikan (inflasi) ini akan berdampak kepada daya beli masyarakat yang berkurang," tutur Tauhid.
Dijelaskannya, inflasi yang terjadi Indonesia saat ini dipengaruhi oleh harga-harga pangan yang naik serta adanya ekspektasi masyarakat terhadap potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dengan ekspektasi tersebut, meski kenaikan belum benar-benar terjadi, namun di lapangan sudah mulai terjadi penyesuaian atau antisipasi harga.