IDXChannel – Inggris akhirnya masuk resesi setelah alami kemerosotan ekonomi terbesar yakni 20,4 persen dibandingkan tiga bulan pertama di 2020 akibat pandemi covid-19.
Dilansir Okezone, (13/8/2020), penurunan ekonomi Inggris ini merupakan yang terbesar dalam periode April hingga Juni akibat penerapan aturan karantina wilayah untuk menekan penyebaran virus corona, keadaan yang menyebabkan negara itu resmi mengalami resesi.
Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, pemerintah harus lakukan aksi cepat dengan perluasan bantuan sosial model cash transfer ke masyarakat rentan miskin agar langsung di belanjakan.
“Perluasan bantuan sosial model cash transfer ke masyarakat rentan miskin agar langsung di belanjakan,” kata Bhima saat dihubungi Okezone di Jakarta, pada Rabu (12/8/2020).
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, Inggris resmi resesi akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal ini terlihat pertumbuhan ekonominya pada kuartal II 2020 yang tercatat sebesar minus 20,4%, lebih rendah dibanding pertumbuhan pada kuartal I 2020 sebesar minus 2,2%. Kontraksi yang terjadi secara 2 periode menjadi pertanda bahwa Inggris mengalami resesi.
Sedangkan dari sisi Indonesia, lanjutnya, resesi yang terjadi di Inggris ini berdampak terbatas. Hal ini dikarenakan jaringan keterkaitan investasi dan perdagangan antara Inggris dan Indonesia relatif lemah.
"Berkaca pada Inggris dan beberapa negara yang sudah terlebih dahulu mengalami krisis, pembatasan aktivitas sosial mempunyai konsekuensi perlambatan aktivitas ekonomi, yang kemudian akan menyebabkan kontraksi pada PDB," katanya. (*)