Pasar kini memperhitungkan peluang 68,5% dari penurunan suku bunga The Fed pada Juni dibandingkan peluang 57% pada akhir minggu lalu, seperti ditunjukkan alat CME FedWatch. Investor juga memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin tahun ini.
Perhatian investor akan beralih ke data ketenagakerjaan Maret yang akan dirilis nanti, dengan laporan ketenagakerjaan yang lemah semakin meningkatkan peluang The Fed untuk memulai siklus pelonggaran kebijakannya mulai Juni.
Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Maret 2024 mencapai 0,52% secara bulananan (month to month/mtm) pada Senin (1/4) dan relatif lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu.
Inflasi ini dipicu oleh kenaikan bahan pangan, beras, gula, daging ayam, telur ayam dan bawang putih, saat Ramadan kali ini.
Adapun, inflasi tahunan mencapai 3,05% dan inflasi tahun kalender sebesar 0,93%. Laju inflasi 1,42% dan andil 0,41% dengan komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini telur andil 0,09%, daging ayam andil 0,09%, beras andil 0,09%, cabai rawit 0,02% bawang putih andil 0,02%
Menurut Gunawan, bukan faktor inflasi saja yang memengaruhi pelemahan Rupiah. Namun banyak aliran modal asing keluar (capital outflow) yang terjadi dua pekan terakhir bersamaan dengan gugatan sengketa hasil Pilpres 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Dengan demikian, untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, kemudian ditutup melemah di rentang Rp15.880-Rp15.940," pungkasnya.
(FAY)