Sementara, ANTM juga bekerjasama dengan PLN melalui penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) terkait pengadaan pasokan listrik Smelter Feronikel Halmahera Timur untuk periode 30 tahun ke depan. Sementara nilai investasi dari proyek tersebut mencapai Rp3,5 triliun.
Selanjutnya, ada INCO yang merupakan emiten penambang nikel. Perusahaan yang menambang nikel ini merencanakan ekspansi melalui Final Investment Decision (FID) untuk proyek fasilitas nikel Bahodopi.
Adapun emiten ini juga telah menandatangani dokumen perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan mitra lainnya yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada tahun 2021.
Di samping itu, emiten logam timah, TINS turut melakukan diversifikasi bisnis di sektor nikel melalui PT TIM Nikel Sejahtera. Rencananya, TIM Nikel Sejahtera akan berada dibawah anak usaha PT Timah Investasi Mineral yang khusus berbisnis nikel.
Selain emiten yang sudah disebutkan di atas, HRUM juga masuk dalam industri pengolahan nikel melalui anak usahanya, yaitu PT Harum Nickel Industry (HNI).
Adapun, dalam mendirikan HNI, HRUM bekerja sama dengan PT Westrong Metal Industry yang bergerak di bidang smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF).
Kapasitas produksi tahunan dari smelter tersebut berkisar dari 44 ribu hingga 56 ribu ton nikel dalam bentuk feronikel atau nickel pig iron.
Investasi ini ditargetkan akan menambah kapasitas produksi nikel kepemilikan HRUM ke depan. Adapun jumlah investasi tersebut mewakili 20 persen dari total modal yang disetor. Sementara nilai investasi dan harga pengambilan bagian saham sebesar USD75 juta.
Kinerja Emiten Nikel dan Potensi Ke Depan
Emiten pengolahan nikel punya kinerja yang apik, baik dari keuangan hingga sahamnya. Melansir laporan keuangan emiten, HRUM mencatatkan kinerja keuangan paling moncer di antara emiten nikel lainnya pada 9 bulan 2022.
Di periode ini, HRUM mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih yang melesat 241,91 persen secara year on year (yoy). Sedangkan laba bersihnya juga meroket hingga 532,54 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
Adapun, pendapatan bersih yang diperoleh hingga kuartal III-2022 mencapai USD702,79 juta atau setara Rp10,70 triliun dengan asumsi kurs Rp15.228/USD. Sedangkan laba bersihnya mencapai USD237,44 juta atau Rp3,61 triliun.
Melesatnya pendapatan HRUM di periode ini seiring melonjaknya penjualan batu bara ekspor dan domestik secara yoy, yang mencapai 255,47 persen atau naik menjadi USD692,93 juta (Rp10,55 triliun).
Kendati kinerja keuangannya melesat di periode ini, kinerja saham sepanjang tahun 2023 justru terkontraksi.
Melansir data BEI per Kamis (12/1), kinerja saham HRUM secara year to date (YTD) merosot hingga 0,31 persen.
Sementara, kinerja saham emiten nikel yang paling moncer adalah MDKA, yang sahamnya terkerek hingga 8,01 persen secara YTD.
Selain mencatatkan kinerja saham yang apik, MDKA juga membukukan kinerja keuangan yang solid di 9 bulan 2022.
Sebagaimana disebutkan dalam laporan keuangan emiten, pendapatan bersih MDKA melesat hingga 139,71 persen menjadi USD626,02 juta (Rp9,53 triliun). Sementara laba bersihnya juga melambung hingga 228,47 persen menjadi USD69,19 juta (Rp1,05 triliun). (Lihat tabel di bawah ini.)
Menyusul MDKA, emiten nikel lainnya turut mencatatkan kinerja keuangan hingga saham yang apik di sepanjang tahun 2023.
Emiten tersebut adalah ANTM dan INCO, yang masing-masing harga sahamnya naik hingga 7,30 persen dan 3,17 persen seacara YTD.