Fiki Ariyanti
IDXChannel - Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan kenaikan jumlah investor pasar modal di Tanah Air menjadi 11.062.050 (11,06 juta) orang per Mei 2023. Jumlah tersebut naik 179.510 investor dibandingkan data per April lalu yang sebanyak 10.882.540 (10,88 juta).
Jika dilihat lebih rinci dari data KSEI, Kamis (29/6/2023), jumlah investor saham dan surat berharga lainnya pada bulan kelima ini mencapai 4,75 juta investor. Sedangkan investor reksa dana sebanyak 10,34 juta orang dan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 902,70 ribu orang.
Berdasarkan jenis kelaminnya, investor pasar modal didominasi laki-laki sebanyak 62,73 persen dengan aset mencapai Rp1.004,49 triliun dan perempuan 37,27 persen dengan nilai aset Rp297,67 triliun.
Sementara dari usianya, mayoritas investor pasar modal adalah generasi milenial dan z, yakni kurang dari 30 tahun sebanyak 57,81 persen.
Namun apabila dilihat dari jumlah aset yang dimiliki, investor berusia lebih dari 60 tahun mencatatkan aset terbanyak, yakni Rp759,01 triliun. Sedangkan investor berumur di bawah 30 tahun hanya Rp49,22 triliun.
Investor pasar modal di Indonesia paling banyak diisi kalangan berpendidikan SMA sederajat dengan persentase 63,93 persen dan aset senilai Rp191,63 triliun. Hanya saja lulusan S1 sebetulnya memiliki aset paling besar, yakni Rp603,66 triliun dibanding investor jebolan bangku SMA.
Untuk pekerjaan investor, mendominasi adalah pegawai negeri, karyawan swasta, dan guru dengan persentase 32,95 persen. Asetnya mencapai Rp398,61 triliun. Namun demikian, investor yang berprofesi sebagai pengusaha tercatat memiliki aset paling banyak Rp494,64 triliun dengan jumlah investor 14,55 persen.
Investor pasar modal sebanyak 47,92 persen merupakan mereka yang berpenghasilan Rp10-100 juta dalam setahun. Kemudian disusul yang kurang dari Rp10 juta sebanyak 38,81 persen. Tapi dari sisi nilai aset Rp411,15 triliun banyak dimiliki investor bergaji lebih dari Rp500 juta setahun.
Dari sebaran daerah, investor pasar modal paling banyak berada di Pulau Jawa 69,13 persen. Diikuti Sumatera dengan 16,64 persen investor, Kalimantan 5,28 persen, Sulawesi 4,57 persen, Bali, NTT dan NTB 3,35 persen, serta Maluku dan Papua 1,03 persen.
(FAY)
