Meski peringatan resmi hari ulang tahun pasar modal jatuh setiap 10 Agustus mengacu pada pengaktifan kembali tahun 1977, sejatinya bursa efek telah hadir di Indonesia sejak era kolonial Belanda.
Bursa efek pertama berdiri di Batavia pada 1912 dengan nama Vereniging voor de Effectenhandel, cabang dari Bursa Efek Amsterdam (Amsterdamse Effectenbeurs) dengan efek yang diperdagangkan berupa saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di tanah Hindia.
Berdasarkan buku Effectengids terbitan 1939, pasar modal di Batavia menjadi yang tertua keempat di Asia setelah Bombay, Hong Kong, dan Tokyo. Perkembangannya yang pesat mendorong pembukaan bursa efek di Surabaya dan Semarang pada 1925. Namun, aktivitas tersebut terhenti akibat gejolak ekonomi dan politik dari Perang Dunia I dan II.
Bursa di Jakarta, Semarang, dan Surabaya sempat dibuka kembali hingga 1942, tetapi kembali terhenti pada 1956 karena program nasionalisasi. Baru pada 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto meresmikan kembali pasar modal melalui pembukaan Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Milestone penting pasar modal 1977–sekarang
- 1977 - Bursa Efek Jakarta diresmikan kembali, hanya dengan satu emiten perdana: PT Semen Cibinong Tbk
- 1989 - Pengenalan sistem perdagangan lelang berjangka untuk meningkatkan efisiensi transaksi
- 1992 - Swastanisasi BEJ di bawah pengelolaan PT Bursa Efek Jakarta, memisahkan pengelolaan dari pemerintah.
- 1995 - BEJ mulai menerapkan Jakarta Automated Trading System (JATS), mengakhiri sistem teriak (open outcry) di lantai bursa
- 2000 - BEJ memperkenalkan perdagangan tanpa warkat (scripless trading) demi mempercepat proses penyelesaian transaksi
- 2007 - Merger Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), menyatukan pasar modal Indonesia di satu atap
- 2012 - Kapitalisasi pasar BEI untuk pertama kalinya menembus Rp4.000 triliun
- 2017 - BEI mencatat rekor jumlah investor ritel baru, melonjak signifikan berkat online trading dan kampanye literasi keuangan
- 2020 - Saat pandemi Covid-19, terjadi lonjakan investor ritel, terutama milenial, yang memanfaatkan volatilitas pasar
- 2022 - Kapitalisasi pasar BEI menembus Rp9.500 triliun, mencetak rekor tertinggi saat itu
- 2024 - IHSG mencatat rekor all-time high di atas 7.400, menandai optimisme baru pasar modal
- Hanya satu emiten yang tercatat pada pembukaan kembali 1977, sementara kini jumlahnya sudah lebih dari 900 perusahaan tercatat.
- Lantai bursa di BEI yang dahulu riuh oleh teriakan broker kini sepenuhnya digital, bahkan investor bisa bertransaksi hanya lewat ponsel.
- Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan jumlah investor ritel tercepat di Asia Tenggara dalam lima tahun terakhir.
(DESI ANGRIANI)