Per September tahun lalu, HILL juga mencatatkan kenaikan beban produksi, terutama dari ongkos suku cadang, pelumas, dan bahan peledak mencapai Rp520,98 miliar.
Jaya mengakui, hal ini di luar kendali perusahaan, dan akan dimitigasi dengan melaksanakan kontrak baru, terutama dalam segmen pertambangan nikel yang menyedot para pemain baru.
Ongkos diesel juga meningkat hingga kuartal III-2022, terlebih saat perseroan menggarap proyek greenfield baru di Pulau Gebe, Maluku Utara, dan Weda, Halmahera.
Jaya menyebut, ini dapat disesuaikan dengan tingkat produksi yang dicapai, demi mengamankan profitabilitas.
"Hillcon dapat melakukan penyesuaian atas tingkat produksi dan biaya produksi dan operasi untuk memperhitungkan fluktuasi biaya bahan bakar," terangnya.
(FAY)