Sejalan dengan perubahan pola belanja konsumen dan daya beli masyarakat, perseroan merevisi target pertumbuhan penjualan bersih tahun 2023 menjadi sekitar 5%-7% dan tetap tumbuh di atas pasar. Di samping itu, proyeksi pertumbuhan laba bersih per saham adalah sekitar -15% hingga -12%.
"Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis finansial dan geopolitik global, perseroan berkomitmen untuk menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku melalui pengelolaan harga dan portofolio," tuturnya.
Perseroan, kata dia, juga mempertahankan anggaran belanja modal maksimum sebesar Rp1triliun, yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi. Rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45%- 55%, dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal.
Optimisme perseroan untuk tumbuh mendorong Perseroan terus konsisten melakukan aktivitas riset dan pengembangan untuk menghasilkan inovasi produk dan layanan. Perseroan berupaya mendorong peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) melalui berbagai inisiatif penyediaan produk obat dan alat kesehatan.
Melalui sinergi ABGC (Akademisi, Business, Government dan Komunitas), perseroan terus berkolaborasi menghasilkan produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan mampu memberikan kontribusi pada performa bisnis perseroan.