sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kiat Berinvestasi dalam Menghadapi Resesi ala Adrian Maulana

Market news editor Aldo Fernando - Riset
12/10/2022 18:14 WIB
Bagaimana dengan peluang berinvestasi di tengah iklim ketidakpastian global seperti saat ini?
Kiat Berinvestasi dalam Menghadapi Resesi ala Adrian Maulana. (Foto: Adrian Maulana)
Kiat Berinvestasi dalam Menghadapi Resesi ala Adrian Maulana. (Foto: Adrian Maulana)

IDXChannel – Tema ‘resesi global’ menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Sejumlah lembaga ekonomi global sampai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sudah mengeluarkan alarm menghadapi awan gelap 2023. Lantas, bagaimana dengan peluang berinvestasi saat momen seperti ini?

Public Figure sekaligus Praktisi Investasi Adrian Maulana membeberkan sejumlah saran dalam menghadapi risiko resesi global seperti saat ini, mulai dari bijak dalam pengeluaran hingga memilah aset investasi yang tepat.

“Bijak dalam pengeluaran. Hidup hemat, bukan berarti pelit. Buat skala prioritas,” jelas Adrian saat dihubungi IDXChannel, Senin (10/10/2022).

Di samping mengelola pengeluaran, pria pemegang sertifikasi Certified Financial Planner (CFP) tersebut bilang, kita perlu melunasi utang konsumtif.

Ini karena, jelas lelaki kelahiran 1977 tersebut, “BI [Bank Indonesia] berpotensi terus naikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga kredit juga akan naik menyesuaikan. Buat yang punya cicilan, umumnya kita harus membayar cicilan lebih besar.”

Nah, ketika pasar global masih berpotensi melemah seperti saat ini, mengelola pengeluaran bukan berarti kita berhenti berinvestasi.

Pria yang sejak 2016 fokus menjadi profesional di sebuah perusahaan manajer investasi ternama itu pun menjelaskan, orang bisa tetap berinvestasi di aset yang memiliki risiko rendah.

“Bisa pertimbangkan untuk tempatkan aset dalam instrumen yang berisiko rendah, misal Reksa Dana Pasar Uang. Kalau mau masuk ke instrumen saham atau obligasi hendaknya masuk secara bertahap alias mencicil agar mendapatkan harga rata-rata terbaik,” tutur Adrian.

Sebagaimana diketahui, aset berisiko rendah, seperti reksa dana pasar uang. Sementara, saham merupakan aset berisiko tinggi.

Di tengah ketidakjelasan global, pria alumnus Universitas Trisakti angkatan 1996 tersebut menyarankan, agar tetap tenang dan disiplin sembari berinvestasi dalam horizon yang lebih panjang.

“Berinvestasi sebaiknya untuk jangka menengah hingga panjang. Artinya, bisa bertahun-tahun. Asalkan, kita gunakan dana ‘idle’ [nganggur], jangan panik dengan apapun kondisinya. Investor pemula disarankan invest [berinvestasi] di reksa dana dengan mencicil setiap bulan,” kata pria yang sebelumnya terkenal sebagai seorang presenter hingga model tersebut.

Terakhir, Adrian berpesan, kondisi saat ini perlu dilalui dengan banyak berdoa dan bersyukur.

“Selama hidup kita akan terus diuji. Ujian hendaknya bukan dihindari, melainkan dihadapi.

Kalau berhasil melewatinya, insya Allah kita akan ‘naik kelas’,” tutur Adrian.

Adrian memungkasi, “Sukses berinvestasi adalah buah hasil pembelajaran yang dimulai dari perencanaan matang, diaplikasikan secara disiplin (sesuai tujuan dan jangka waktu yang dibutuhkan), serta dievaluasi secara berkala.”

Apa Itu Resesi?

Secara sederhana, resesi menandai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau malah bertahun-tahun.

Para ekonom menyebut, resesi terjadi ketika produk domestik bruto (PDB) suatu negara negatif, disertai meningkatnya tingkat pengangguran, anjloknya pasar saham, penurunan penjualan ritel hingga aktivitas manufaktur.

Mengutip Forbes (12 Juli 2022), selama resesi, ekonomi ‘ngos-ngosan’, orang-orang bisa kehilangan pekerjaan dan kinerja penjualan perusahaan merosot. Alhasil, hal tersebut membuat output ekonomi negara merosot.

Inflasi yang meninggi, seperti saat ini, bisa menjadi penyebab ekonomi mengalami resesi. Ini karena bank sentral akan mengerek suku bunga dan pada gilirannya menekan aktivitas ekonomi.

Halaman : 1 2
Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement