Menurut Yazid, kenaikan hasil underwriting TUGU dikarenakan Perseroan mampu menggenjot pertumbuhan premi terutama dari sisi segmen kebakaran dan properti serta menurunkan rasio klaim atau yang dikenal dengan loss ratio.
Pada segmen ini TUGU tidak hanya mengandalkan produksi premi dari sinergi bisnis di lingkungan Pertamina Group, tapi juga perolehan baik secara direct ataupun konsorsium asuransi BUMN Group lainnya & Non BUMN.
"Di Indonesia, segmen asuransi umum dengan kontribusi premi terbesar berasal dari asuransi properti, kredit dan kendaraan bermotor. Untuk asuransi kebakaran dan properti, TUGU naik signifikan yang menunjukkan peningkatan pangsa pasar dan juga mencerminkan bahwa TUGU mampu mengambil peran yang strategis," ujar Yazid.
Selain dari sisi pertumbuhan premi, Yazid juga melihat bahwa faktor yang mendongkrak profitabilitas TUGU adalah kemampuannya mengelola risiko. Dari sisi risiko, TUGU mampu menurunkan rasio klaim menjadi 56 persen per September 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka 62 persen.
"Pertumbuhan pendapatan dan terjaganya beban menjadikan TUGU sebagai perusahaan asuransi umum yang listed dengan kinerja terbaik sepanjang 9 bulan ini, yang juga mencerminkan fundamental yang kuat," ujar Yazid.
Sedangkan beban usaha perseroan justru mengalami penurunan lima persen secara tahunan. Total beban usaha TUGU di luar pendapatan atau beban lain-lain mencapai Rp2,4 triliun, atau hanya naik enam persen saja dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan beban tersebut membuat laba usaha inti TUGU naik signifikan sebesar 57 persen secara tahunan menjadi Rp783 miliar, sepanjang Januari-September 2024.
Sementara, dari sisi laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk, TUGU mengantongi Rp552 miliar hingga akhir September 2024.