Timah hingga Nikel Merosot
Harga nikel melemah 0,72 persen ke USD15.755 per ton, menandai level terendah dalam 5 bulan di tengah data manufaktur yang lemah dari China.
Menurut Trading Economics, meskipun terdapat sentimen bullish seperti penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB), penghentian produksi di Kaledonia Baru, dan kemungkinan pencabutan izin di Indonesia, harga nikel tetap turun tajam.
Analis memprediksi tantangan akan terus berlanjut karena kelebihan pasokan di pasar, dengan perkiraan stok nikel primer total mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada 2024, membatasi pemulihan harga yang signifikan untuk sisa tahun ini.
Harga timbal di LME turun 0,6 persen menjadi USD2.032,50 per ton, seng terdepresiasi 1,5 persen menjadi USD2.644,50, timah melorot 1,7 persen menjadi USD29.280, dan aluminium merosot 0,7 persen menjadi USD2.285,50. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.