Dari sisi neraca, kata Agus, BRPT mencatat posisi aset sebesar USD10,53 miliar pada akhir 2024, meningkat tipis dari 2023 yang sebesar USD10,15 miliar.
"Meskipun industri petrokimia sedang mengalami siklus penurunan, kami tetap mempertahankan posisi likuiditas yang kuat dengan rasio utang bersih terhadap ekuitas yang stabil di 0,72 x, memastikan kapasitas yang memadai untuk memperoleh pendanaan tambahan guna mendukung rencana ekspansi kami," ujarnya.
Rasio utang terhadap ekuitas alias Debt to Equity Ratio (DER) Barito tercatat meningkat bila dibandingkan 2023 sebesar 0,6 x. Kenaikan DER tersebut imbas dari lonjakan utang perseroan hingga 28,5 persen dari USD2,51 miliar menjadi USD3,22 miliar.
Untuk memastikan perseroan tumbuh berkelanjutan, strategi ekspansi akan terus didorong. Belum lama ini, pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) Chandra Asri Group di Cilegon ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (SPN).
"Selain itu, CSPA (perjanjian jual beli saham bersyarat) untuk akuisisi Shell Chemical and Industrial Park (SECP) merupakan sebuah langkah transformatif yang akan memperkuat posisi kami sebagai pemain utama di industri kimia regional," katanya.
(Rahmat Fiansyah)