Dalam pernyataannya kepada IDXChannel.com, LKH mengungkap alasan di balik aksinya memborong saham SIMP. Ia menyebut nilai aset perkebunan perusahaan—yang mencapai 288.018 hektare—jauh melampaui kapitalisasi pasar SIMP di bursa, yang hanya sekitar Rp7 triliun.
“Ada selisih harga Rp40 triliun antara harga pasar dengan nilai perusahaan,” kata Pak Lo, Kamis (26/6/2025), mengindikasikan potensi besar dari saham SIMP yang undervalued.
Ia juga menyinggung aset non-perkebunan seperti minyak goreng Bimoli dan margarin Palmia sebagai nilai tambah yang belum sepenuhnya dihargai pasar.
Aksi ini menambah panjang daftar saham yang diketahui berada dalam portofolio LKH. Sebelumnya, ia sudah tercatat sebagai pemegang saham dengan porsi lebih dari 5 persen di sejumlah emiten seperti GJTL, PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Intiland Development Tbk (DILD), serta PT ABM Investama Tbk (ABMM).
Selain itu, LKH juga tercatat memiliki saham di sejumlah bank besar meskipun porsinya belum mencapai 5 persen. Beberapa nama yang masuk dalam portofolio investasinya antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), serta beberapa bank swasta seperti PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).